29 (Dua Puluh Sembilan)

Sri Winarti
Chapter #34

Episode 32

Sebagian besar siswa kelas XI Bahasa-5 seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk dan disambut sebuah kebahagiaan tiada tara. Mereka menyemburatkan senyuman, menyambut mentari yang sangat ceria masuk ke dalam kelas melalui celah jendela, begitu terang dan menghangatkan tubuh.

Hari yang cerah untuk sebuah kemenangan. Tanda lingkaran di dada kiri mereka menghilang, itu artinya sudah terbebas dari kutukan, meski Lalita mati dan orang tuanya menangis seraya menjerit-jerit mencarinya penuh kekekhawatiran serta kecemasan. Ah, persetan dengan penderitaan orang lain, yang terpenting selamat.

Sementara, terlihat Vanya tak hentinya terisak karena Lalita sama halnya seperti mati di tangannya sendiri dan teman-temannya. Ini sejak awal salah, sangat salah. Kini harus dengan cara apa untuk menebus dosa? Harus bagaimana memangkas habis rasa penyesalan karena tak bisa apa-apa selain diam, lalu ikut menggelar ritual? Pikirnya.

"Ini salah, ini salah,'' isak Danista seraya mengepal tangan dan terlihat air mata jatuh dengan deras dari pelupuk matanya.

"Ssst!" Helen menaruh jari telunjuk di bibirnya seraya menatap Danista dan Vanya secara bergantian. "Jangan nangis lagi, yang terpenting kita selamat! Duduk manis aja, sekarang kita tunggu siapa yang nggak datang ke sekolah dan hilang. Sebentar lagi kita bakal tahu siapa iblisnya.''

Terlihat Misbah beranjak dan mendekatkan wajahnya ke wajah Vanya. "Cupcup, jangan nangis lagi!'' ujarnya seraya menyeka air mata Vanya dan tersenyum asimetris penuh makna.

"Ini salah!''

"Ya, ini emang salah. Tahu, kok.''

"Helen bisa-bisanya kamu nggak sedih sama sekali udah hianatin Lalita dan ngorbanin dia.''

"Danista, ayolah! Tentu aja aku sedih, tapi Lalita berkorban buat teman-temannya. Udah seharusnya kita bangga sama dia dan nerima penuh keikhlasan atas pengorbanannya.''

"Setan,'' umpat Vanya muak.

"Munafik! Kamu buktinya ikut juga ngorbanin dia,'' gusar Aldi kesal bukan main.

Terlihat Audri melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 06:55, lantas memalingkan pandangan ke arah pintu. Ada tujuh orang yang belum datang yaitu Ailin, Aldov, Prisilla, Arius, Alsa, Jovan, dan Ara. Lihat saja siapa yang tak hadir dari mereka dan hilang.

"Oh iya, kalau polisi datang ke sini dan nanyain Lalita, kita harus nyembunyiinnya dan bersikap biasa aja, terutama Vanya dan Danista,'' tutur Faye tak mau tahu semuanya harus bekerja sama agar tak terlilit hukum.

Tak lama dari itu Alsa tiba sambil membaca buku horror seperti biasanya, selang beberapa menit Arius, kemudian Aldov sambil memainkan rubik. Tak lama dari itu Nadila bersama Orion. Selang beberapa menit disusul oleh Jovan. Berarti tinggal Prisilla, Ailin, dan Ara.

Satu ...

Dua ...

Tiga ...

Empat ...

Lima ....

Enam ...

Tujuh ...

Lihat selengkapnya