Saat ini sudah ada sepucuk amplop cokelat bertali merah berada di tangan kanan Aileen, genap 10 proposal jika proposal yang Aileen ajukan pada PT Sagara Group juga ditolak. Aileen rela tiga hari tiga malam lembur untuk mengedit proposalnya agar jadi bahan pertimbangan untuk dirinya diterima magang pada perusahaan ternama tersebut. Sebenarnya ia bisa saja menggunakan the power of orang dalam, dengan meminta tolong kepada Ayahnya, Ayahnya bisa saja memiliki kenalan di beberapa perusahaan yang ia inginkan. Akan tetapi, Aileen tidak menginginkan sesuatu yang instan tanpa berjuang terlebih dahulu. Ayahnya pun sudah menawarkan bantuan, akan tetapi ia tetap tidak ingin melakukan hal tersebut. Selama ini Aileen berjuang sendiri, ketika ia jatuh ia tidak pernah menyerah atau bahkan mengeluh. Maklum, Aileen memang tumbuh tanpa Ibu sejak usianya masih 7th sehingga membuat dia menjadi sosok perempuan yang mandiri, tangguh, bertanggung jawab dan berpikir selangkah kedepan.
Meskipun Ayah Aileen ingin membantunya untuk bisa magang di Sagara Group tapi ia menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi Ayah mana yang tidak khawatir melihat anak semata wayangnya yang sudah ditolak di mana-mana itu menjadi sedih, Ayah Aileen pun menghubungi seseorang yang ia kenal di Sagara Group tanpa sepengetahuan anaknya.
"Hallo, selamat pagi Pak Ben"
"Hallo, selamat pagi juga Pak Sugiro. Bagaimana kabar anda?"
"Baik-baik saja Pak Ben, bagaimana dengan kabar anda?"
"Saya selalu baik-baik saja Pak, apakah ada sesuatu hal yang bisa saya bantu?"
"Ahh, iya Pak Ben. Maaf kali ini saya merepotkan anda"
"Tidak usah sungkan, kita sudah seperti saudara Pak. Apa yang bisa saya bantu Pak?"
"Terkait Aileen, dua minggu terakhir ini dia sedang sibuk-sibuknya memasukkan proposalnya untuk manggang dibeberapa perusahan.Tapi, proposalnya ditolak terus. Nampaknya sekarang Aileen berniat untuk mengajukan proposal di Sagara Group. Apakah Bapak Beni bisa membantu saya untuk hal tersebut?"
"Oh ya? Wahh saya senang sekali bahwa Aileen mengajukan proposalnya di Sagara Group. Aileen anak yang cerdas, tanpa anda meminta tolong pun. Saya akan menerimanya dengan senang hati".
"Haha, putri saya tidak secerdas itu Pak, jika seperti seperti itu, saya sangat-sangat berterima kasih kepada anda"
"Terima kasih kembali Pak, saya akan menantikan Aileen di sini. Pasti sekarang dia menjadi perempuan yang cantik seperti Ibunya".
"Terima kasih Pak Beni, kapan-kapan silahkan mampir ke tempat saya jangan lupa ajak Bu Mega dan Nak Saga main ke rumah saya"
"Baik Pak Suguro, ditunggu kedatangan kami sekeluarga. Selamat pagi Pak".
"Selamat pagi Pak Beni, sekali lagi saya ucapkan terima kasih".
"Dengan senang hati Pak".
***
"Pfffft, semangat Aileen kamu pasti bisa"
Aileen mengoceh pelan didepan pintu masuk otomatis yang terbuat dari kaca, di sisi kiri kanan pintu sudah berdiri kokoh satpam. Sekelas Sagara Group wajar saja memiliki tingkat keamanan tinggi, hampir 90% gedung itu terbuat dari kaca. Jika tidak ada plang di depan gedung mungkin masyarakat awam mengira bangunan PT Sagara Group adalah Mall, bahkan Mall yang ada di kota Samarindapun kalah telak dengan gedung yang telah Aileen masuki dua menit lalu.
"Selamat siang Ibu, ada yang bisa kami bantu?"
"Saya ingin mengajukan proposal magang sebagai apoteker"
"Baik Ibu, silahkan naik lift yang itu ke lantai 3. Akan ada recepsionist bagian apotek di sana" Sambil menunjukkan lift yang dimaksud.
"Terima kasih Bu"
Aileenpun segera menuju lift yang dimaksud
"Woww apakah setiap lantai ada recepsionist dan satpam juga seperti di sini? Ini mahh kantor Gubernur, bukan perusahaan pharmacy. Hihi" Aileen membatin.
Tanpa sadar Aileen salah masuk lift, lift yang ia masuki bukan lift yang ditunjuk pegawai recepsionist tadi.
Disaat bersamaan, ketika Aileen memencet tombol lantai 3 disitu juga masuk sosok pria berperawakan tinggi, tegap, raut wajah serius, seolah-olah beban 100 ton ia pikul sendirian.Spontan Aileen mundur beberapa langkah ke belakang, bukan karna lift yang kecil akan tetapi karna aura pria tersebut membuat sekelilingnya menjadi beku. Pria tersebut sedikit kaget dengan kehadiran Aileen di dalam lift tapi tetap dengan raut muka datar dan tatapan lebih tajam dari sebelumnya, membuat bulu kuduk Aileen berdiri.
Harapan Aileen untuk tidak bertemu dengan pria itu pupus. Ternyata pria itupun juga berhenti di lantai tiga. Sesampai di lantai tiga Aileen dicegat oleh dua orang satpam sementara pria itu sudah berlalu pergi.
"Permisi Ibu, apakah Ibu membuntuti Pak Saga?"
"Hhah? Apa? Membuntuti? Saya saja tidak kenal siapa itu Saga-Saga!" Dengan nada sedikit syok dan kaget Aileen menjawab pertanyaan, lebih tepatnya introgasi dari salah satu satpam berkulit sawo matang.
"Mohon maaf Ibu, lift yang Ibu naiki ini adalah lift khusus yang hanya boleh dinaiki oleh Pak Saga"
"Apa?? Ahh maaf juga mungkin saya salah naik lift, mba recepsionist di bawah sudah memberitahu saya untuk naik lift yang ditunjukkannya."
"Baik Bu, silahkan menuju lift yang ada di ujung jalan ini". Satpam yang lebih gempal angkat bicara dan menunjukkan arah untuk Aileen.
"Tidak, saya memang hendak ke lantai tiga Pak"
"Oh, ada keperluan apa Bu?"
"Saya ingin bertemu dengan manager divisi peracikan obat untuk memberikan proposal magang"
"Silahkan ikuti saya, saya akan mengantarkan anda"
Sesampai di divisi peracikan obat, Aileen bertemu dengan recepsionist yang bertanggung jawab pada divisi peracikan obat tersebut. Aileen pun agak sedikit membungkukkan badannya sembari tersenyum ramah kepada satpam yang mengantarnya.
"Terima kasih Pak " Aileen sudah tidak setegang tadi.
Pak Satpam itupun berlalu pergi, kini di depanmya berdiri dua orang perempuan berbaju kemeja biru berdasi putih dengan simpul pita sedangkan rambut mereka bersanggul gaya modern.
"Selamat siang Ibu, ada yang bisa kami bantu?"
"Saya mau menyerahkan proposal pengajuan magang, kalau bisa saya langsung dengan manager atau yang bertanggung jawab." Aileen sambil menyerahkan proposalnya kepada salah satu recepsionisnya.
"Ini dengan Ibu Aileennya sendiri?"
"Iya betul"
"Mohon tunggu sebentar ya Bu Aileen, akan kami konfirmasi kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap karyawan magang".
"Oke Ibu"
Beberapa menit kemudian
"Mohon maaf Bu Aileen, kebetulan penanggung jawab kami sedang keluar kota bersama manager nya. Proposalnya mau ditinggal saja atau mau dibawa kembali?"
"Apakah tidak ada yang bisa saya temui Bu? Satu orang saja"
"Mohon maaf Bu"
"Ya sudah kalau begitu, kapan mereka tiba?"
"Hari senin ini".
"Hmm kalau gitu, saya akan kembali senin nanti dan saya akan membawa proposalnya"
Setelah pergi dari resepsionis Aileen tidak langsung keluar, melainkan dia menuju suatu ruangan di ujung jalan. Kali ini perempuan yang memang tak bisa diam itu nekad untuk menerobos ruangan tersebut. Mengetuk ruangannya. Aileen mengambil kesempatan ketika penjaganya, siapa lagi kalau bukan Fiona menghilang karena kelaparan. Maklum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Saatnya beraksi. Pintu bertuliskan Private room Director diketuk dengan sopan. Tak ada jawaban. Dua kali tiga kali tetap tak bergeming. Wanita ini tak sabar . Akhirnya memberanikan diri untuk membuka langsung.
“Assalamualaikum” ucap Aileen sembari membuka perlahan pintu. Aroma wood dan citrus memenuhi ruangan serba putih dan langsung terendus oleh Aileen. Wangi yang segar pikirnya. Ruangan agak temaram. Tak lama ia mendapati lelaki misterius yang ia jumpai di lift tadi pagi tengah duduk berhadapan dengan laptop yang menyala dan sepertinya ia sedang asyik mengetik. Lagi-lagi tidak ada jawaban.
"Siapa?"
"Hmm anu maaf, anda siapa?" Aileen menjawab terbata-bata.
"Kamu yang siapa?? Ada perlu ke ruangan saya" Dengan tampang yang ingin memakan orang. Aileen seketika terbata. Bibirnya kelu.
“Katakan saja perlumu apa, saya tidak punya banyak waktu. Kamu karyawan baru disini?”
"Perkenalkan saya Aileen, saya ingin menyerahkan proposal untuk magang"
"Silahkan ke divisi yang dituju"
Kali ini tubuhnya berpaling seluruhnya menghadap Aileen yang masih berdiri mematung. Jarak mereka hanya sekitar 1 meter dibatasi meja diantara mereka. Saga menatap cukup lama kearah Aileen. Seperti melakukan scanning cepat.
"Hmm anu sudah Pak, tapi staf yang bertanggung jawab tidak ditempat"
"Tunggu saja hingga mereka datang" Masih dengan tampang datar.
Aileen cukup terperanjat saat melihat lelaki ini, ternyata bermata coklat yang sangat indah. Seperti danau yang tenang, pegunungan yang dingin namun menyejukkan serta hutan pinus yang dapat menciptakan ketenangan. Seketika Aileen benar-benar merasa seperti berada di tiga tempat itu sekaligus.
"Anu Pak, ini saya deadlinenya senin sudah harus memulai"
"Bukan urusan saya, silahkan keluar dari ruangan saya!"
Aileen membatin. Saga ternyata memiliki aura sekuat itu. Kharisma nya memancar memenuhi ruangan menyatu dengan aroma wood dan citrus yang melekat dan susah untuk dideskripsikan. Meskipun ia juga sangat kesal dengan laki-laki yang ada dihadapannya ini. Sangat tidak menghargai orang sekali. Huhh !
"Maaf Pak, Bapak tidak ingin membacanya dulu"
"Silahkan keluar sekarang juga!!" Sambil menunjuk ke arah pintu.
"Tolong Pak, semenit saja!" Aileen memasang wajah memelas.
"Tidak! Silahkan keluar atau saya panggilkan satpam"
"Pak, program saya tentang racikan obat penyembuh kanker."
"Apa? Obat kanker?" Meskipun pria itu tertarik tapi ia tetap saja memasang wajah datarnya.
"Betul Pak, ini silahkan " Aileen menyerahkan proposalnya.
"Kamu sudah menguji kandungannya?" Sambil membaca proposal milik Aileen.
"Meskipun belum secara rinci tapi saya sudah memeriksa dari beberapa subjek yang ada, Pak."
"Apa? Kamu belum menguji kandungan detailnya? Di tempat saya tidak menerima imajinasi, fungsi obat itu untuk menyembuhkan bukan membunuh. Silahkan keluar sekarang juga!" Sembari melempar proposal milik Aileen ke arahnya.
"Tapi…."