Waktu akan tetap terus berjalan meski kita memintanya untuk menunggu dan berhenti ia tidak akan menggubrisnya. Bukan waktu yang harus menunggu kita, tapi kitalah yang harus mengejar waktu agar tidak berdiam diri dimasa lalu karena waktu akan tetap terus menata detik demi detik masa depan.
Tanpa terasa Aileen sudah melewatkan waktunya selama tiga bulan di PT Sagara Group, tapi ia tidak menyia-nyiakan waktunya itu. Aileen menghabiskan moment untuk terus berjuang membuat obat terbarukan yang ia janjikan kepada Om Beni, kala itu Om Beni sudah mempercainya bahwa ia akan berhasil menemukan kandungan yang tepat. Ketika waktu pertama kali Aileen menginjakkan kaki sebagai karyawan magang, ia sudah bertekad tidak akan membuat Om Beni kecewa dan Ayahnya malu. Namun, lain halnya dengan lelaki monster itu. Aileen harus membuktikkan pada Saga bahwa ia bisa membuatnya dan harus berhasil.
Meski jam sudah menunjukkan angka jam 20.00 Aileen masih berkutat berada di dalam ruangan yang penuh dengan tabung-tabung berbagai ukuran dan bentuk, lengkap dengan jubah putih terjulur hingga betis, kaca mata bening dan sarung tangan biru berbahan karet. Ruangan itu sesekali mengeluarkan kepulan asap kecil kala Aileen meneteskan cairan kental berwarna kuning keemasan ke dalam tabung oval yang berisi cairan bening. Tiba-tiba...
"Duarrr" terjadi ledakan, meskipun hanya ledakan kecil dan tidak berbahaya namun cukup mengagetkan hingga memekkan telinga sementara waktu.
"Apakah itu obat untuk menghancurkan isi perut manusia yang meminumnya?"
"Hhahh? Apa? Manusia? Aku ingin memberikannya pada monster penghuni gunung himalaya." Sanggah Aileen yang masih setengah kaget, bukan karena ledakan tapi karena Saga yang tiba-tiba muncul dalam lab.
"Kenapa tidak sekalian ledakan saja gedung ini?"
"Ahh good idea, thanks. Aku akan melakukannya." Jawab Aileen santai.
Tanpa sepatah kata Saga langsung berlalu pergi meninggalkan Aileen sendiri.
"Perempuan itu, selalu membuat orang khawatir dengan tingkah lakunya"
Beberapa saat sebelum ledakan terjadi, Saga tampak mencari sesuatu diruangan kerjanya. Dilihat dari tidak banyaknya perabotan yang ada dalam ruangannya, menemukan benda pasti mudah, tapi ia sudah mencarinya dari sejam yang lalu tapi masih belum ketemu juga.
"Apa ketinggalan di lab ya?" Saga bergumam dan langsung menuju ke lab, ia agak sedikit kebingungan dengan lampu lab yang masih menyala. Menerka-nerka siapa pula yang masih keliaran di lab malam-malam begini. Seingatnya semua karyawan telah pulang sejak sore tadi, kecuali satpam.
"Apa jangan-jangan satpam? Ada urusan apa dia?"
Langkah Saga terhenti ketika melihat yang di dalam lab ternyata Aileen. Baru saja ia berniat menyapa Aileen, sudah terjadi ledakan kecil. Bukan menyapa Aileen malah menggoda perempuan itu dengan kalimat menohok.
Setelah memberi kalimat menohok, Saga berlalu pergi, belum genap sepuluh langkah ia pergi terjadi lagi ledakan. Kali ini suara ledakannya cukup keras, membuat Saga langsung berlarian ke arah lab sambil bergumam
"Perempuan ceroboh, tidak berhenti-hentinya kamu selalu membuat aku khawatir dengan tingkah lakumu".
Sesampai di lab, kini meja lab tidak sekacau yang ia tinggalkan sepersekian detik lalu. Ada warna hitam dimana-mana, tabung-tabung yang tersusun rapi beberapa pecah akibat getaran yang ditimbulkan oleh ledakan tadi.
"Aileen!" Saga setengah berteriak.
"Iya?" Aileen menoleh ke arah Saga, dengan keadaan dua kali lipat syok. Pertama, karena kali ini ia syok dengan ledakan yang terjadi, kedua karena suara Saga.
Betapa kagetnya Saga, saat Aileen menoleh ke arahnya, noda-noda hitam terlihat berceceran di wajah Aileen, jas putih lab telah berubah warna menjadi dua warna hitam dan putih. Ia ingin tertawa melihat ekspresi Aileen, tapi ia tidak tega. Rasa khawatirnya lebih besar ketimbang rasa lucunya, ia khawatir namun malah mengeluarkan kalimat menyelekit.
"Kamu betulan ingin meledakkan seluruh gedung ini?" Setengah berteriak.
"Tidak Pak, saya tidak bermaksud. Saya hanya bercanda" Masih dalam keadaan syok.
"Aileen! Saya menyuruhmu untuk pulang sekarang juga! Sebelum kamu benar-benar meledakkan seluruh gedung!" Tatapan Saga menajam.
"Maaf Pak, saya bersihkan ini dulu."
"Apa kamu tidak dengar? Saya menyuruhmu sekarang, bukan nanti!".
"Baik Pak.." Dengan wajah tertunduk lesuh Aileen melewati Saga dengan perasaan bersalah. Sementara Saga mengamati Aileen dari ujung kaki hingga ujung rambut, khawatir jika tubuh Aileen ada yang terluka. Benar saja, jemari tangan Aileen lecet dan beberapa jari terdapat luka kecil.
"Apa dia tidak menyadari dirinya terluka?"
Saga langsung merogoh ponsel dari dalam kantongnya untuk menelepon satpam dan menyuruh untuk membereskan lab. Setelah menelepon ia segera menyusul Aileen.
"Di mana dia? Cepat sekali perginya, apakah dia sudah mengobati lukanya?" Saga menuju parkiran, beberapa menit kemudian, muncul sosok yang ia cari dari tadi. Kali ini wajahnya sudah bersih dari cemongnya, pandangan Saga langsung tertuju pada tangan Aileen yang ternyata Aileen masih belum mengobatinya.
"Aileen!"
"Ahh ehh iya Pak?" Menoleh ke sumber suara yang ia kenal tidak pernah ramah bahkan untuk memanggil namanya saja tidak pernah.
"Segera ke ruangan saya."
"Saya ada buat masalah Pak?"
"Ikuti saja tanpa banyak bertanya."
"Baik Pak!"
Aileen berjalan dengan mengikuti Saga dari belakang.
"Haduhh ni orang, tadi di suruh segera pulang. Sekarang disuruh ke ruangannya. Cepat sekali jalannya, ga sadar apa panjang kakinya dan panjang kakiku berbeda jauh? Dasar tidak pengertian! Ehh tunggu dulu. Jangan-jangan dia menyuruhku untuk ganti rugi?"
Pada saat Aileen berpikir begitu, tiba-tiba wajahnya tertabrak oleh punggungnya Saga yang mendadak berhenti.
"Ehh maaf Pak."
"Aileen, kamu gak bisa cepat sedikit?"
"Maaf Pak, panjang kaki saya dan kaki Bapak berbeda"
Sadar Aileen telah mengejeknya berjalan terlalu cepat, Saga langsung berdehem dan melanjutkan langkahnya.
Sesampai diruangan, Saga langsung mengambil kotak berwarna putih polos tidak transparan dan tanpa lambang plus merah khas kotak p3k pada umumnya.
"Maaf Pak, berapa biaya yang harus saya ganti mengenai kerusakan lab?" Aileen membuka obrolan sebelum Saga membuka kotak p3k tersebut. "Apa dia berpikir aku akan menyuruhnya ganti rugi? Menarik sekali menggodanya"
"Kamu mau menggantinya? Bahkan gajihmu selama satu tahun bekerja disini saja tidak akan menutupinya"
"Apa?? Sebanyak itu?"
"Iya, silahkan duduk untuk membicarakan rinciannya"
Setelah Aileen duduk, Saga langsung duduk disebelah Aileen.
"Berikan tanganmu" Pinta Saga.
"Hhahh?" Mata Aileen setengah melotot.
Tanpa aba-aba dari Aileen, Saga langsung membuka kotak P3Knya untuk mengambil salep dan beberapa plaster sembari meraih tangan Aileen.
Seketika debaran jantung Aileen semakin berpacu keras dengan senyawa adrenalin yang dihasilkan tubuhnya membuat Aileen diam tak berkutik "Apa? Dia mengobatiku? Aku tidak sedang bermimpikan? Memang si beberapa waktu terakhir dia selalu ada disaat aku sedang melakukan kesalahan. Aku hanya berpikir itu kebetulan, tapi ini? Ahh mungkin saja dia sedang kesurupan."
"Nahh sudah selesai, silahkan pulang."
"Hhahh?"
"Kamu ini selalu bilang Hhahh hhihh hhuhh dan selalu saja membantah setiap perkataan saya." Sergah Saga.
"Maaf Pak, kejadian tadi tidak akan saya ulangi lagi. Mana rincian yang harus saya ganti rugi?"
"Tidak perlu, kamu hanya perlu untuk pulang. Sekarang."
"Hhahh??"
"Hhahh sekali lagi?? Baiklah, kamu akan mengganti rugi."
"Ehh tidak Pak, tidak-tidak. Maafkan saya."