Malam ini terlihat dua orang gadis yang sangat bersemangat membuat kue nastar di masing-masing rumahnya. Yang satu dengan rambut panjang hitam halusnya sangat ulet mengadon, membentuk, memanggang, dan menyajikan. Sedang yang satu dengan rambut yang kini sudah menjadi dark brown tak lagi abu-abu namun tetap dalam potongan yang sama tampak begitu fokus berkutat dengan nastar-nastarnya namun berkali-berkali juga terlihat menggigit ibu jarinya dengan helaan nafas yang berat. Malam yang sibuk bersama nastar bagi Mita dan Bian.
Nampaknya semesta senang sekali dengan kisah klasik cinta segitiga. Kali ini kisah itu menaungi Bian, Felix, dan Mita. Entah apa yang ingin semesta tunjukkan, siapa yang semesta menangkan hatinya, dan siapa yang akan jatuh menjadi lebih tangguh atau jatuh benar-benar mati. Yang pasti pada malam ini, Mita dan Bian berlomba merebut hati Felix dengan amunisi kue nastar buatan tangan mereka masing-masing.
******
Pagi yang cerah, mentari berseri bersemangat menyinari makhluk bumi beraktivitas. Begitu juga hati Bian dan Mita yang begitu bersemangat menyambut hari bersama kue nastar.
Knock..knock..knock… pintu yang diketuk Bian pun terbuka.
“oh boy, don’t you see what time is it? Ini sudah jam setengah delapan Felix. Dan kau baru saja bangun?”
“aduh, pagi-pagi udah sakit telingaku.” Felix mengusap-usap telinganya. “aku itu gak butuh waktu lama buat siap-siap kerja. Lima belas menit pun kebanyakan. Emang kau, sejam pun tak cukup.” Lanjut Felix yang mendorong dahi Bian.
“itu hanya perkiraan mu. Cepat mandi lalu bergegaslah ke pabrik.” Perintah Bian.
Felix melihat kearah setoples kue nastar yang tergantung dalam plastik di motor Bian. Dengan sigap Felix mengambil dan memperhatikan nastar-nastar yang sudah tersusun.
“Hahahaha…” Felix tertawa terpingkal-pingkal. “apa kau membuat nastar ini terinspirasi dari rambut kau? Hahaha…”
Bian hanya tersungut kesal bercampur malu.
“Warna nastar itu kuning keemasan gitu. Bukan coklat gosong kayak gini. Hahaha… andai mamakku lihat ini. Habislah kau ditertawakannya hahaha..” Felix seru sekali mengejek Bian.
Tanpa pikir panjang Bian langsung merebut paksa kue nastar dari tangan Felix.
“Hey, ini namanya unik. Lain dari yang lain. Ini nastar anti mainstream tahu. Rasanya juga gak kalah enak kok. Coba aja cicip.” Pembelaan Bian untuk diri sendiri.
Lalu Felix membuka toples bening itu dan mengambil satu kue nastar berbentuk bulat ber-topping keju buatan tangan Bian lalu memakannya. Di depannya Bian terdiam menunggu komentar apa yang akan diterimanya dari Felix.
“Tadi kau bilang ini nastar anti-mainstream kan?”.
Bian mengangguk dengan gaya PD nya.
“ Ehem.. rasanya ternyata sangat extream. Memang lain dari yang lain. Unik sekali. Aku rasa kau belum mencobanya setelah membuatnya. Sekarang cobalah.”
“Apakah rasanya enak?” Tanya Bian memastikan.
“Buatan tangan Bianca Beladina pasti enak dong” Felix mencoba memuji Bian.
Bian juga mencoba satu kue nastar buatannya sendiri. Tak lama menggigit sedikit, Bian langsung membuang nastar coklat itu. Felix kemudian tertawa dengan puas hingga pipi dan perutnya terasa semutan. Sedang Bian ingin sekali rasanya memukul dengan kencang ke kepala Felix.