Kretcha, Balai, dan Purwa memutuskan untuk mengambil kelas tambahan antropologi meskipun mereka adalah mahasiswa jurusan ilmu komputer. Keputusan itu didorong oleh reputasi Dr. Andira, seorang dosen dan peneliti antropologi terkenal dari Indonesia yang mengajar di universitas mereka. Mereka berharap mendapatkan wawasan baru tentang ilmu sosial yang mungkin bermanfaat bagi pemahaman mereka tentang teknologi dan manusia.
Hari pertama kelas antropologi, aula besar dipenuhi mahasiswa dari berbagai jurusan. Kretcha, Balai, dan Purwa duduk di barisan tengah, siap untuk menyerap setiap kata dari Dr. Andira. Ketika dosen memasuki ruangan, ada aura otoritas dan keanggunan yang memancar darinya. Dia mengenakan kacamata bundar dan rambutnya yang hitam panjang digelung rapi. Semua mata tertuju padanya saat dia mulai berbicara.
"Selamat datang di kelas Antropologi," kata Dr. Andira dengan suara yang tenang namun tegas. "Dalam kursus ini, kita akan mengeksplorasi berbagai teori dan konsep yang mendasari studi tentang manusia, budaya, dan masyarakat. Kita akan membahas bagaimana konstruksi sosial terbentuk dan bagaimana agama, negara, dan berbagai institusi lainnya memainkan peran dalam kehidupan kita sehari-hari."
Dia membuka buku dan menampilkan slide presentasi di layar besar di belakangnya. "Mari kita mulai dengan definisi dasar antropologi. Antropologi adalah studi tentang manusia, dari asal-usul biologisnya hingga variasi budaya dan sosial yang ada di seluruh dunia. Antropologi dibagi menjadi beberapa cabang utama: antropologi budaya, antropologi linguistik, antropologi biologis, dan arkeologi."
Kretcha mencatat dengan tekun, sementara Balai dan Purwa memperhatikan dengan seksama.
"Budaya," lanjut Dr. Andira, "adalah salah satu konsep kunci dalam antropologi. Budaya mencakup segala sesuatu yang dipelajari dan dibagikan oleh anggota masyarakat tertentu. Ini termasuk bahasa, adat istiadat, kepercayaan, seni, hukum, dan berbagai bentuk ekspresi lainnya. Budaya tidak statis; ia terus berubah dan berkembang seiring waktu."
Seorang mahasiswa di barisan depan mengangkat tangan. "Dr. Andira, bisakah Anda menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana budaya berubah?"
"Tentu," jawab Dr. Andira. "Budaya berubah melalui proses seperti difusi, di mana unsur-unsur budaya menyebar dari satu masyarakat ke masyarakat lain; inovasi, di mana ide-ide baru diperkenalkan; dan akulturasi, di mana kelompok-kelompok budaya yang berbeda berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contoh nyata adalah bagaimana teknologi dari satu negara dapat mempengaruhi gaya hidup di negara lain."
Purwa mengangkat tangannya. "Dr. Andira, bagaimana dengan konstruksi sosial? Apa itu dan bagaimana mereka terbentuk?"
"Pertanyaan bagus, Purwa," kata Dr. Andira sambil tersenyum. "Konstruksi sosial adalah konsep atau praktik yang dianggap sebagai realitas oleh masyarakat, meskipun tidak memiliki basis objektif. Misalnya, konsep gender, ras, dan kelas sosial adalah konstruksi sosial. Mereka terbentuk melalui interaksi sosial dan diperkuat oleh norma-norma, kebijakan, dan institusi. Konstruksi sosial sering kali mempengaruhi cara kita melihat diri kita sendiri dan orang lain."
Balai, yang terkenal dengan keinginannya untuk mengerti lebih dalam, bertanya, "Bagaimana peran agama dalam pembentukan budaya dan masyarakat, Dr. Andira?"
"Agama memiliki peran yang sangat penting," jawab Dr. Andira. "Agama sering kali menjadi dasar dari norma-norma moral dan etika dalam masyarakat. Ia memberikan kerangka kerja untuk memahami makna hidup dan kematian, serta memberi rasa kebersamaan dan identitas. Namun, agama juga bisa menjadi sumber konflik ketika keyakinan yang berbeda bertabrakan. Antropologi agama mempelajari bagaimana praktik keagamaan bervariasi di berbagai budaya dan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan sehari-hari."
Tiba-tiba, seorang mahasiswi Indonesia bernama Kusuma mengangkat tangannya dengan agak ragu. "Dr. Andira, aku ingin bertanya tentang..."