3 Titisan Adorno

Kirana Aisyah
Chapter #5

Papillon

Kretcha dan Balai duduk di perpustakaan kampus Sorbonne, menatap layar komputer di depan mereka dengan pandangan kosong. Mereka ingin sesuatu yang lebih dari sekadar kode dan algoritma.

"Kamu merasa seperti ini juga, Kretcha?" tanya Balai, matanya terpaku pada layar yang berisi program yang sedang mereka kerjakan.

Kretcha menghela napas panjang. "Iya, Balai. Aku merasa kita berada di jalur yang salah. Purwa jelas punya passion di bidang ini, tapi kita? Kita butuh sesuatu yang lebih... manusiawi."

Suatu hari, ketika mereka sedang berjalan melintasi kampus, mereka melihat poster besar yang mengiklankan Pers Mahasiswa kampus yang bernama Papillon. "Gabung Pers Mahasiswa Papillon dan temukan suara Anda!" bunyi poster itu.

Balai menatap poster itu, kemudian Kretcha. "Bagaimana kalau kita coba ini?"

Mata Kretcha berbinar. "Kenapa tidak? Mari kita daftar."

Keesokan harinya, mereka berdiri di depan pintu kantor Papillon, siap untuk mendaftar. Mereka disambut oleh seorang pria muda dengan wajah serius, rambut pirang, mata biru muda dan aura yang penuh otoritas dan karisma. "Nama saya Zander, ketua Pers Mahasiswa Papillon," katanya tanpa basa-basi. "Kalau kalian ingin bergabung, ada beberapa tes yang harus dilalui."

Tes pertama adalah meliput kegiatan kampus dan membuat berita. Kretcha memilih untuk meliput demonstrasi dosen-dosen yang mogok kerja karena gaji yang rendah, sementara Balai meliput mahasiswa-mahasiswa Sorbonne yang berprestasi di bidang seni. Mereka bekerja dengan semangat, melakukan wawancara, dan menulis laporan berita mereka dengan teliti.

Keesokan harinya, mereka menyerahkan laporan mereka kepada Zander. Dia membacanya dengan seksama, tanpa menunjukkan ekspresi. Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, dia mengangguk. "Kalian lulus seleksi tahap pertama. Sekarang kita lanjut ke tahap kedua."

Tahap kedua adalah wawancara dengan ketua divisi yang mereka inginkan. Kretcha memilih divisi politik dan ekonomi yang dipimpin oleh Axel, sementara Balai memilih divisi seni budaya yang dipimpin oleh Hazel.

Wawancara Kretcha dimulai dengan Axel, seorang pria dengan rambut hitam dan mata tajam. "Kenapa kamu ingin bergabung dengan divisi politik dan ekonomi?" tanya Axel langsung.

Kretcha menjawab dengan penuh keyakinan. "Saya percaya bahwa politik dan ekonomi adalah dua pilar utama yang membentuk masyarakat kita. Saya ingin menyampaikan kebenaran kepada pembaca dan memberikan mereka wawasan yang mendalam tentang isu-isu yang mempengaruhi kehidupan mereka."

Axel mengangguk, tampak puas. "Apa pandanganmu tentang mogok kerja dosen yang kamu liput kemarin?"

Kretcha menjawab, "Ini adalah cerminan dari ketidakadilan dalam sistem pendidikan kita. Dosen adalah tulang punggung pendidikan, dan mereka layak mendapatkan gaji yang sesuai dengan kontribusi mereka. Saya ingin menggunakan platform Papillon untuk menyuarakan ketidakadilan ini."

Axel tersenyum tipis. "Jawaban yang bagus. Kamu diterima di divisi politik dan ekonomi."

Sementara itu, Balai sedang menjalani wawancara dengan Hazel, seorang wanita muda dengan rambut panjang dan senyum ramah. "Kenapa kamu memilih divisi seni budaya?" tanya Hazel.

Lihat selengkapnya