Semester 6. Sekarang, Kretcha sudah menjadi kepala divisi ekonomi politik serta Balai menjadi kepala divisi seni budaya di Papillon. Namun, di semester ini seluruh mahasiswa disarankan untuk mencari tempat magang.
Paris yang dulu tampak megah dan menjanjikan, kini menjadi medan pertempuran yang penuh tantangan bagi Kretcha, Balai, dan Purwa. Ketiganya kini menghadapi kenyataan hidup sebagai mahasiswa yang berusaha mencari magang di tengah persaingan yang ketat. Mereka mengirim ratusan aplikasi ke berbagai perusahaan teknologi di Prancis, namun hingga kini hanya Balai yang berhasil mendapatkan tempat di sebuah NGO yang bergerak di bidang lingkungan.
Balai mendapatkan posisi sebagai content writer, sesuai dengan passion-nya. Kegembiraan terpancar dari wajahnya saat menerima kabar tersebut, namun kesibukannya yang baru ditambah tanggung jawabnya sebagai kepala divisi seni budaya di Papillon membuatnya jarang berkumpul dengan Kretcha dan Purwa. Kretcha dan Purwa yang masih mencari informasi magang merasakan kekosongan di tengah keriuhan hidup mahasiswa.
Suatu pagi yang cerah di apartemen mereka, Purwa duduk dengan ekspresi lelah di sofa, sementara Kretcha menyiapkan kopi di dapur. "Kretcha, motong daging kebab itu susah banget. Tanganku sering kali terluka dan rasanya capek banget berdiri seharian," curhat Purwa sambil memijat-mijat tangannya yang terasa pegal.
Kretcha menghela napas panjang dan membawa dua cangkir kopi ke meja. "Aku bisa bayangin, Pur. Kamu benar-benar hebat bisa bertahan selama ini."
Purwa tersenyum tipis, "Aku nggak ada pilihan lain. Harus kuat demi bisa bertahan di sini."
"Aku salut sama kamu. Aku juga nggak tahu apakah bisa sekuat kamu kalau berada di posisi yang sama," ujar Kretcha sambil menyeruput kopinya. "Aku sering kali iri sama Balai yang udah dapat magang. Kita masih sibuk cari-cari info magang dan belum dapat kepastian."
"Balai memang hebat, dia bisa dapet posisi di NGO itu," kata Purwa dengan nada kagum. "Tapi, ya, mungkin kita juga harus lebih sabar. Pasti ada jalan buat kita."
Malam itu, di kedai kopi favorit mereka, La Petite Étoile, Kretcha dan Purwa bertemu untuk mengerjakan tugas dari dosen mereka, Mariel. Mariel memberikan tugas yang cukup menantang, yaitu membuat prototipe sistem informasi dalam mata kuliah Digital Governance. Proyek ini sangat sulit dan menyita banyak waktu mereka.
"Proyek ini benar-benar bikin pusing," keluh Kretcha sambil membuka laptopnya. "Kadang aku merasa Mariel terlalu menuntut. Aku bahkan belum selesai baca Les Miserables yang baru aku mulai."
Purwa tertawa kecil, "Aku juga merasa begitu. Tapi aku yakin, kalau kita bisa selesaikan ini, kita pasti dapat nilai yang bagus."
Mereka pun mulai bekerja, tetapi obrolan ringan tetap mengalir di antara mereka.
"Bayangin, Balai sekarang sibuk banget sama magangnya," kata Kretcha. "Dia jadi jarang nongkrong sama kita. Kadang aku kangen cerita-cerita sama dia."
Purwa mengangguk setuju. "Iya, aku juga kangen Balai. Dia selalu punya cara buat bikin kita ketawa."