3 Titisan Adorno

Kirana Aisyah
Chapter #15

Hari Habermas

Sinar matahari yang hangat menyapu kota Paris, menyoroti arsitektur kuno yang memukau dan menyebarkan energi romantis yang tak terelakkan. Purwa dan Ryo, dengan tangan saling menggenggam, berjalan melintasi jalan-jalan sempit yang dipenuhi kafe-kafe dan toko-toko kecil. Mereka menikmati hari yang cerah itu, tertawa lepas, berbagi cerita, dan bermain-main dengan tawa yang ringan namun penuh cinta.

"Apakah kamu tahu," kata Ryo dengan nada bercanda, "bahwa orang Prancis memiliki istilah untuk semua yang terjadi dalam hidup? Bahkan untuk hal-hal yang paling kecil."

Purwa tertawa, matanya berkilau cerah. "Ah, itu karena mereka adalah seniman kehidupan. Seperti kita, hari ini. Kita bisa menyebut hari ini sebagai 'la journée d'amour'."

Ryo mengangguk setuju, mencium puncak kepalanya. "Dan malam ini, kita bisa bermain board game. Aku tidak akan kalah denganmu lagi!"

Purwa tersenyum, dengan sedikit nada sarkastik di suaranya. "Kamu selalu mengatakan itu, tetapi entah bagaimana aku selalu menang."

Tiba-tiba, suara keras dari arah taman menarik perhatian mereka. Seorang pria dengan toa di tangannya sedang berbicara lantang, menarik kerumunan kecil orang. Nama pria itu adalah Jako, dan dia berorasi tentang Habermas.

Jako berbicara penuh semangat, gesturnya dramatis, mencoba meyakinkan setiap orang yang lewat. "Habermas mengajarkan kita tentang ruang publik dan diskursus rasional! Lihat apa yang terjadi di sini, di kota ini! Kejahatan merajalela, kebebasan kita terancam, dan masyarakat kita terpecah!"

Ryo, yang memiliki minat mendalam dalam filsafat, merasakan dadanya berdebar. Dia tahu beberapa gagasan Habermas, tetapi tidak sepenuhnya setuju dengannya. Dia menarik Purwa mendekat, ingin mendengar lebih jelas.

Purwa, merasakan antusiasme Ryo, ikut tertarik. "Apa yang dia bicarakan?" tanyanya.

"Habermas," jawab Ryo singkat. "Dia bicara tentang ruang publik dan komunikasi, tapi aku punya pandangan berbeda."

Setelah beberapa saat, Ryo tidak bisa lagi menahan diri. Dia maju ke depan, mendekati Jako. "Aku tidak setuju denganmu!" suaranya tegas, menarik perhatian Jako.

Lihat selengkapnya