3 Titisan Adorno

Kirana Aisyah
Chapter #18

Kiri Komunis

Setelah ditolak oleh Adonis, Kretcha merasakan campuran antara rasa sakit dan kebingungan. Dia memilih untuk menjauhi Adonis, bukan karena benci, tapi untuk melindungi hatinya yang rapuh. Setiap kali ada tugas kelompok, Kretcha selalu berusaha menghindari bekerja dengan Adonis. Ketika Adonis dengan sopan meminta untuk bekerja dalam kelompok yang sama, Kretcha dengan halus menolak, memberikan alasan bahwa dia ingin mencoba bekerja dengan orang lain untuk pengalaman yang lebih beragam.

Meskipun demikian, Kretcha tidak bisa mengabaikan ketertarikannya yang mendalam terhadap Adonis. Dia sering memandangnya dari kejauhan di perpustakaan kampus, tempat Adonis menghabiskan sebagian besar waktunya. Adonis, dengan kebiasaan membacanya yang intens, selalu ditemani oleh tumpukan buku. Suatu hari, saat mengamati dari jauh, Kretcha melihat Adonis terburu-buru meninggalkan perpustakaan, meninggalkan sebuah buku di mejanya.

Kretcha berjalan mendekat, merasa ingin tahu. Buku itu berjudul Das Kapital karya Karl Marx. Dia mengangkat alis, penasaran dengan pilihan bacaan Adonis. Saat dia membuka halaman pertama, Kretcha menemukan banyak catatan kecil yang ditulis tangan di margin. Beberapa dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol. Di satu sudut halaman, tertulis:

“Hancurkan kapitalisme.”

Di halaman lain:

“Kaum proletariat ayo berjuang.”

Kretcha mendapati dirinya semakin tertarik. Dia memutuskan untuk membawa buku itu pulang, merasa ini adalah kesempatan untuk memahami lebih jauh pikiran Adonis dan apa yang membuatnya tertarik pada karya Marx.

Di apartemennya, Kretcha duduk di meja belajarnya, membuka buku itu dan mulai membaca. Banyak catatan kecil dalam bahasa Spanyol, dan beberapa kata yang tidak dia mengerti membuatnya penasaran. Kretcha membuka laptopnya dan mulai mencari arti kata-kata itu. Salah satu kata yang dia temukan adalah "lucha," yang berarti "perjuangan."

Saat membaca, Kretcha merenungkan bagaimana di Indonesia, komunisme dianggap sebagai ancaman besar karena sejarah kelam tragedi G30S/PKI. Dia tumbuh dalam lingkungan yang menganggap komunisme sebagai ideologi berbahaya, namun di sini, melalui catatan Adonis, dia melihat sisi lain. Adonis tampak sangat terinspirasi oleh ide-ide Karl Marx tentang keadilan sosial dan perjuangan kelas. Ini adalah sudut pandang yang baru dan membuka matanya.

Kretcha mulai menghubungkan titik-titik. Pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tampak jauh dan teoretis kini memiliki konteks yang lebih manusiawi. Dia tidak sepenuhnya setuju dengan semua ide Marx, tetapi dia bisa melihat mengapa orang-orang seperti Adonis merasa terinspirasi oleh gagasan tentang dunia yang lebih adil dan setara.

Buku ini menjadi jembatan tak terlihat antara Kretcha dan Adonis. Meskipun mereka tidak lagi sering berinteraksi, membaca catatan-catatan Adonis membuat Kretcha merasa lebih dekat dengannya. Seolah-olah, melalui pemikiran dan kata-katanya, dia bisa merasakan kehadirannya. Ini adalah bentuk komunikasi yang aneh namun memuaskan, di mana perasaan dan pikiran terungkap tanpa harus bertatap muka.

Kretcha juga mulai mempelajari bahasa Spanyol dengan lebih serius. Dia ingin memahami setiap kata yang ditulis Adonis dalam bukunya, mencari makna di balik setiap frasa. Ini adalah upaya untuk tetap terhubung, meskipun dia tahu mungkin tidak akan ada kelanjutan dari apa yang dia rasakan.

Kretcha merenung dalam keheningan kamarnya. Betapa kompleksnya perasaan manusia. Dia menyadari bahwa meskipun cintanya tidak berbalas, dia masih bisa menemukan kebahagiaan dalam pemahaman yang lebih dalam tentang Adonis dan dunia yang ia percayai. Melalui buku dan catatan itu, Kretcha merasa telah melihat sekilas dunia batin Adonis, sebuah dunia yang penuh dengan ide-ide besar dan impian untuk perubahan.

Dengan perasaan yang campur aduk, Kretcha mengambil pena dan buku catatannya. Dia mulai menulis puisi, mencoba mengekspresikan perasaannya yang rumit. Ini adalah cara dia untuk mengatasi rasa sakit, tetapi juga untuk merayakan apa yang dia temukan dalam dirinya sendiri: kekuatan untuk mencintai tanpa harus memiliki, dan keberanian untuk memahami meskipun tidak setuju.

Lihat selengkapnya