Balai dan Dony telah menjadi dekat meskipun mereka terpisah ribuan mil. Obrolan lewat telepon dan chat menjadi jembatan yang menghubungkan mereka. Percakapan mereka sering diwarnai dengan candaan ringan dan kegembiraan khas remaja, membuat keduanya merasa lebih dekat meski jarak memisahkan.
Suatu malam, saat mereka sedang mengobrol melalui telepon, Dony mengutarakan niatnya yang mengejutkan.
Dony: "Balai, aku punya berita besar."
Balai: "Berita besar apa? Jangan bilang kamu ketemu alien di sana!"
Dony tertawa. "Bukan, ini lebih keren. Aku memutuskan untuk pergi ke Prancis dan mengunjungi kamu."
Balai terkejut, senyumnya lebar dan matanya berbinar. "Serius? Kamu nggak bercanda kan?"
Dony: "Aku serius. Aku sudah pesan tiket pesawat. Aku akan tiba minggu depan."
Balai hampir melompat dari tempat tidurnya. "Oh my God, Dony! Aku senang banget! Aku nggak sabar buat ketemu kamu."
Dony: "Aku juga nggak sabar. Akhirnya kita bisa ketemu langsung setelah sekian lama."
Minggu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Balai sangat deg-degan, tidak bisa tidur semalaman. Kretcha dan Purwa, teman-teman setianya, ikut mengantar Balai ke bandara. Mereka tiba dengan antusias, namun kenyataan berkata lain ketika pengumuman penundaan penerbangan terdengar di speaker.
Purwa menghela napas, melirik Balai yang gelisah. "Sabar, Balai. Pesawatnya cuma delay tiga jam."
Kretcha menambahkan dengan nada bercanda, "Mungkin pesawatnya perlu make-up biar tampil cantik saat ketemu kamu."
Balai tertawa kecil, mencoba meredakan kegugupannya. "Aku tahu, tapi tetap saja, rasanya lama banget."
Ketiganya duduk di kafe bandara, menikmati kopi sambil menunggu. Mereka terus berbicara untuk mengalihkan perhatian Balai dari kegelisahannya.
Kretcha: "Jadi, apa rencana kalian begitu Dony tiba di sini?"