Kretcha, Balai, dan Purwa masih meratapi kepergian Ryo. Kehilangan sahabat mereka begitu mendalam dan berat untuk diterima. Untuk mengenang kebaikan Ryo, Balai punya ide agar masing-masing menulis tentang bagaimana Ryo membantu mereka dan membacakan tulisan itu satu per satu.
Balai memulai, suaranya berat dengan emosi. "Ryo adalah sahabat yang selalu ada untukku. Dia mendukungku dalam setiap keputusan yang kuambil, bahkan ketika aku ragu. Dia mengajarkanku untuk percaya pada diri sendiri dan tidak takut mengambil risiko."
Kretcha melanjutkan dengan mata berkaca-kaca. "Ryo selalu memiliki cara untuk membuatku merasa lebih baik, bahkan di hari-hari terburukku. Ketika aku merasa gagal, dia yang mengingatkan bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan."
Purwa kemudian mengambil napas dalam-dalam, mencoba menahan air matanya. "Ryo... dia adalah cintaku, hidupku. Dia selalu ada di sana untukku, mendorongku untuk menjadi yang terbaik. Dia mengajariku bahwa cinta sejati adalah tentang mendukung satu sama lain tanpa syarat. Dia adalah kekuatanku saat aku merasa lemah, dan aku tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup tanpanya."
Tangis Purwa pecah saat membaca tulisannya. Kretcha dan Balai mendekatinya, memberikan pelukan yang penuh dukungan dan kasih sayang. Mereka menangis bersama, merasakan kehangatan dari kenangan akan Ryo.
Tiba-tiba, ponsel Kretcha berdering. Dia mengeluarkannya dari saku dan melihat pesan dari Olea. Wajahnya berubah pucat saat membaca isi pesan tersebut.
"Ryo meninggal bukan karena tumor otaknya, tapi ini pembunuhan. Jangan bilang siapa-siapa dulu. Aku sedang menyelidikinya. Ada hubungannya dengan organisasi yang kuceritakan itu. Tolong besok datang sendiri ke Bogor. Aku akan ceritakan apa yang kutahu."
Kretcha berusaha menutupi keterkejutannya, tetapi Purwa yang masih dalam pelukan Kretcha dan Balai, melihat perubahan di wajah Kretcha. "Kretcha, pesan apa itu? Ada apa?"
Kretcha berusaha tetap tenang dan berbohong, "Ini pesan dari ortuku. Mereka hanya menanyakan kabar."
Purwa mengangguk, tampak lega. Kretcha lalu berpikir cepat dan berkata, "Besok aku ingin pergi ke Kota Tua untuk mencari inspirasi menulis platform teori kritis kita. Jadi aku akan seharian di sana sampai malam."
Balai dan Purwa tidak curiga, mereka hanya mengangguk setuju.
Keesokan harinya, Kretcha bergegas naik kereta ke Bogor. Dia merasa cemas dan penasaran tentang apa yang akan Olea katakan. Setibanya di retret, Olea sudah menunggunya di ruang meditasi.
"Olea, ada apa ini sebenarnya?" tanya Kretcha dengan suara gemetar.
Olea menarik napas dalam-dalam. "Kretcha, aku minta maaf atas semua kebingungan ini. Tapi kamu harus tahu, kematian Ryo bukan karena tumor otaknya. Ini adalah pembunuhan."
Kretcha terkejut. "Apa maksudmu? Siapa yang membunuh Ryo?"
"Ada organisasi yang belum diketahui namanya, yang membunuh orang-orang anti-kapitalis. Ryo sudah lama menjadi target mereka," jawab Olea dengan serius.
Kretcha tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Tapi bagaimana kau tahu semua ini?"
Olea menjelaskan, "Aku adalah seorang ethical hacker dan vigilante. Aku meretas data rumah sakit di Maluku tempat Ryo dirawat. Salah satu anggota mereka, dengan nama samaran Alisha, terdaftar sebagai suster di sana. Dia adalah suster Ryo. Di data formal, kematian Ryo tercatat karena tumor otak yang semakin parah dan kemoterapinya tidak merespon dengan baik. Tapi aku curiga bahwa Alisha membunuh Ryo dengan mengacaukan kemoterapi dan obat-obatannya."
Kretcha merasa pusing mendengar semua ini. "Aku tidak percaya ada organisasi setega itu. Apa tujuan mereka?"
"Organisasi ini menargetkan orang-orang yang mereka anggap mengancam kapitalisme. Ryo adalah seorang aktivis yang vokal tentang keadilan sosial dan ekonomi. Mereka melihatnya sebagai ancaman," jelas Olea.
Kretcha menarik napas panjang, mencoba mencerna semua informasi ini. "Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
Olea menatap Kretcha dengan mata penuh tekad. "Kita perlu menginvestigasi ini lebih lanjut. Tapi kita butuh tim. Purwa dan Balai juga harus tahu soal ini. Aku juga akan merekrut Roger, dia adalah seorang dokter jadi paham ilmu medis dan bisa membedakan kematian alami atau pembunuhan."
Kretcha mengangguk perlahan. "Aku akan memberitahu Purwa dan Balai, tapi aku butuh waktu untuk memproses semua ini."