Dalam perjalanan panjang dari Indonesia ke Spanyol, Kretcha duduk di pesawat dengan hati yang gelisah. Pikirannya terus-menerus memikirkan Adonis. Dia sangat khawatir tentang keselamatan temannya itu. Balai, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan kegelisahan Kretcha.
"Tenang, Kretcha. Kita akan sampai ke sana dan memperingatkan Adonis. Dia akan aman," kata Balai dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kretcha.
Kretcha menghela napas, menatap keluar jendela pesawat. "Aku tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan terburuk, Balai. Bagaimana jika kita terlambat? Bagaimana jika sesuatu sudah terjadi padanya?"
Balai mengangguk, mencoba mengerti. "Aku tahu kamu khawatir, tapi kita melakukan yang terbaik. Olea dan Roger sedang menyelidiki di Indonesia. Kita harus percaya pada proses ini."
Kretcha terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara, suaranya rendah dan penuh emosi. "Balai, aku mencintai Adonis. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Dia adalah seseorang yang sangat berarti bagiku, dan aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa dia."
Balai menatap Kretcha dengan mata lembut. "Aku mengerti, Kretcha. Cinta memang membuat segalanya menjadi lebih rumit dan menyakitkan. Tapi itulah yang membuat kita manusia. Kita harus berjuang demi orang yang kita cintai."
Kretcha mengangguk, air matanya mengalir pelan. "Aku hanya ingin dia selamat. Aku tidak peduli apa pun yang terjadi padaku, asalkan Adonis baik-baik saja."
Setelah perjalanan yang sangat panjang dari Indonesia ke Spanyol, akhirnya mereka tiba di lokasi yang telah disepakati. Lokasi itu berada di sebuah desa terpencil di Spanyol. Mereka tiba lebih dulu dan menunggu Adonis dengan penuh kecemasan. Mereka hanya mengirim pesan sekali bahwa mereka sudah tiba, sangat hati-hati dalam berkomunikasi lewat teknologi karena kemungkinan diretas.
Dari kejauhan, Adonis tampak berjalan dengan tenang menuju tempat mereka. Melihat Adonis, Kretcha langsung berlari dan memeluknya, tangisnya pecah. Adonis memeluk balik dengan erat.
"Adonis, aku sangat khawatir," kata Kretcha di antara isak tangisnya.
Adonis mencoba menenangkan Kretcha. "Aku bisa menjaga diri, Kretcha. Kamu tidak perlu khawatir berlebihan."
Kretcha menggeleng keras. "Tidak, Adonis. Kamu tidak mengerti. Kamu dalam bahaya besar. Mereka mungkin akan mencoba membunuhmu."
Mereka duduk bersama di sebuah bangku taman di desa tersebut. Kretcha, Balai, dan Dony mulai menceritakan soal Ryo.
"Ryo bukan meninggal karena tumor otaknya," kata Balai. "Organisasi ini yang membunuhnya. Mereka memanfaatkan kondisi medisnya untuk membuat kematiannya terlihat seperti kematian alami."
Adonis terlihat bingung. "Aku kira Ryo memang meninggal karena tumor otak. Ini semua sangat sulit dipercaya."
Dony kemudian berbicara, "Halo Adonis, kenalkan, saya Dony, pacar Balai."
Adonis menyambut tangan Dony. "Senang bertemu denganmu, Dony."