Adonis dan Carlos memulai pendakian mereka di tebing curam dengan persiapan yang matang. Matahari pagi menyinari mereka, memberikan cahaya hangat yang mengiringi langkah mereka. Tebing yang menjulang tinggi penuh dengan tantangan, namun keduanya tampak percaya diri. Kretcha, Balai, dan Dony mengawasi dengan cermas dari bawah, memastikan semuanya berjalan lancar.
Adonis memeriksa tali dan peralatan lainnya dengan cermat, mengingat peringatan dari teman-temannya tentang kemungkinan sabotase. Setiap gerakan Carlos pun dia amati, meski ia mencoba tetap tenang dan menikmati pendakian ini.
Carlos, dengan senyum hangat, mencoba mencairkan suasana dengan mengobrol. "Ingat pertama kali kita bertemu di gunung ini, Adonis? Aku tersesat dan hampir putus asa sampai kamu datang menolong."
Adonis tersenyum mengenang. "Ya, itu momen yang tidak akan pernah aku lupakan. Kamu benar-benar terlihat kacau saat itu."
Carlos tertawa. "Benar sekali. Dan dari situ, kita jadi sahabat. Aku sangat berterima kasih karena kamu tidak hanya menyelamatkan hidupku, tapi juga memberiku perspektif baru dalam hidup."
Adonis mengangguk. "Dan kamu juga menolongku, Carlos. Saat ayahku meninggal beberapa bulan lalu, kamu memberikan pekerjaan di pabrik sepatu ayahmu. Itu sangat berarti bagi keluargaku."
Carlos mengangguk, melanjutkan pendakian dengan mantap. "Kita selalu saling bantu. Dan kita juga berbagi pandangan tentang Karl Marx dan anti kapitalisme."
Adonis merespons dengan semangat. "Ya, Marx benar-benar membuka mataku tentang ketidakadilan sistem kapitalis. Aku merasa bersemangat setiap kali kita berdiskusi tentang bagaimana kita bisa membawa perubahan."
Carlos setuju. "Kapitalisme hanya menguntungkan segelintir orang, sementara mayoritas menderita. Kita harus memperjuangkan keadilan dan kesetaraan."
Sementara itu, di bawah tebing, Kretcha, Balai, dan Dony terus memantau situasi. Mereka memperhatikan seorang petugas yang mendekati mereka, wajahnya tampak penuh penyesalan.
"Saya minta maaf," kata petugas itu. "Saya baru saja menyadari bahwa saya membuat kesalahan dalam mengatur perlengkapan. Saya benar-benar tidak sengaja."
Kretcha, Balai, dan Dony bingung. "Jadi ini bukan sabotase?" tanya Balai dengan ragu.
Petugas itu menggeleng. "Bukan, ini murni kesalahan saya. Saya benar-benar minta maaf."
Mereka bertiga saling pandang, kebingungan meliputi wajah mereka. "Kalau bukan sabotase, bagaimana organisasi itu berencana membunuh Adonis?" gumam Kretcha.
Tiba-tiba, telepon Kretcha berdering. Itu panggilan dari Olea. Kretcha segera mengangkat teleponnya.
"Olea, ada apa?" tanya Kretcha dengan cemas.
Olea berbicara dengan cepat. "Aku berhasil meretas profil orang yang akan membunuh Adonis. Aku akan mengirimkan gambarnya sekarang."