3 Titisan Adorno

Kirana Aisyah
Chapter #36

Jejak Bayangan

Setelah kejadian mendebarkan di Spanyol, Kretcha, Balai, dan Dony kembali ke Indonesia dengan hati yang masih cemas. Mereka tahu bahwa investigasi terhadap kematian Ryo masih jauh dari selesai. Di markas Olea yang tersembunyi di pinggiran Bogor, mereka mulai mengatur strategi untuk melanjutkan penyelidikan mereka.

Markas itu dipenuhi dengan peta, laptop, dan catatan yang tersebar di mana-mana. Olea duduk di depan layar komputer, matanya terpaku pada informasi yang baru saja dia temukan dari rumah sakit tempat Ryo dirawat di Maluku. Olea, Roger, dan Purwa telah melakukan perjalanan ke sana untuk mengumpulkan data lebih lanjut mengenai kondisi Ryo sebelum kematiannya.

"Ini lebih rumit dari yang kita kira," gumam Olea, matanya menyipit memeriksa data. "Ada banyak kejanggalan di sekitar perawatan Ryo. Beberapa catatan medisnya hilang, dan prosedur yang diterapkan padanya sangat tidak biasa."

Kretcha, yang duduk di dekatnya, menoleh dengan cepat. "Apa maksudmu, Olea?"

Olea menunjuk layar. "Lihat ini. Ini adalah rekaman medis yang kita temukan di rumah sakit tempat Ryo dirawat. Ada catatan tentang penanganan medis yang mencurigakan, termasuk penggunaan obat-obatan eksperimental tanpa persetujuan keluarga."

Roger mendekat, memeriksa data tersebut. "Ini jelas manipulasi. Prosedur dan obat-obatan ini tidak pernah dilaporkan dalam diagnosis awal Ryo. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan."


Purwa, yang sejak tadi diam, tiba-tiba bangkit dengan tatapan yang penuh amarah dan kesedihan. Dia berjalan mondar-mandir, kepalan tangannya gemetar menahan emosi. Akhirnya, dia berhenti, menatap semua orang dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mereka... mereka membunuh Ryo," suaranya serak, nyaris tak bisa menahan tangis. "Ini bukan kecelakaan atau kesalahan medis. Mereka sengaja membuatnya sakit, sengaja menyiksanya. Aku bisa merasakannya sejak awal. Ryo... Ryo tidak pantas diperlakukan seperti ini."

Dia terisak, suaranya pecah saat emosi menguasainya. "Kita tidak bisa membiarkan mereka lolos. Mereka sudah merenggut seseorang yang sangat berarti bagiku... Mereka harus membayar untuk ini. Aku tidak peduli seberapa berbahaya, aku akan melawan mereka sampai akhir."

Purwa memandang Kretcha dan yang lain dengan tekad yang mendalam. "Aku mencintai Ryo, dan aku tidak akan membiarkan kematiannya sia-sia. Kita harus memastikan keadilan ditegakkan. Demi dia... demi kita semua."

Dony, yang sedang memperkuat sistem keamanan markas mereka, menoleh. "Kita harus segera mengungkap kebenaran ini. Tapi bagaimana caranya kita memastikan kita tidak menjadi target berikutnya?"

Balai, yang sedang memeriksa catatan dari investigasi sebelumnya, menambahkan, "Kita harus tetap waspada. Kita tidak tahu seberapa jauh jangkauan mereka."

Kretcha mengangguk, matanya penuh tekad. "Kita harus terus menyelidiki. Tapi kita juga harus melindungi diri kita sendiri. Siapa tahu salah satu dari kita mungkin menjadi target mereka berikutnya."

Malam itu, setelah makan malam sederhana, mereka berkumpul di ruang tamu kecil untuk merencanakan langkah selanjutnya. Olea menunjukkan peta dan dokumen yang telah dia kumpulkan.

Lihat selengkapnya