Bagaimana bisa???
Aku sudah menikah dengan Ola???
Kutelusuri akun Ola dan kulihat foto-fotonya. Yang kutemukan di sana membuatku merinding.
Foto-foto pernikahanku dengan Ola ada di sana. Juga foto bulan madu kami. Selain itu...ada foto kami bertiga. Ya, fotoku, Ola, dan seorang anak kecil.
Seorang anak lelaki.
Caption di foto itu berbunyi: Me, hubby, and our little Sean.
Sean...???
Siapa itu Sean???
Jika aku dan Ola memang sudah menikah, apakah itu berarti Sean adalah... anak kami?
Aku dan Ola...punya anak?
Yang lebih mengerikan, aku sama sekali tidak mengingat itu semua.
“Kiri...kiri!!!” kataku kepada supir angkot.
Angkot menepi dan aku turun, lalu berputar arah kembali ke rumah Ali.
“Hmmm...” gumam Ali saat kuceritakan semuanya.
“Gimana, Kang? Ini aneh sekali!”
Ali menghela napas, lalu diam sejenak sebelum mulai berkomentar.
“Gini, Er. Kamu pernah dengar ‘Butterfly Effect’?” katanya.
“Ah, iya. Bahwa sebuah perubahan, sekecil apa pun, bisa berdampak besar pada keseluruhan sistem.”
“Tepat, sepertinya itulah yang sedang terjadi.”
“Jadi, bagaimana ceritanya kok tiba-tiba aku sudah menikah dengan Ola?”
“Lha kau sendiri ingatnya gimana?”
“Aku nggak ingat apa-apa, Kang! Ingatanku sama seperti sebelum aku menaiki mesin waktu Akang! Aku datang ke sini dengan kondisi patah hati karena ditinggal kawin oleh kekasihku, lalu naik ke mesin waktu dan melakukan hal-hal yang kita sudah sama-sama tahu.”
Ali kembali terdiam.
Aku juga ikut terdiam.
“Sebaiknya kau pulang dulu.” Kata Ali.
“Pulang?” tanyaku.
“Ya, ke rumahmu. Ke istri dan anakmu.”
Aku kembali terdiam.
“Tunggu apa lagi? Ayo cepat!” perintahnya.
“Lalu, bagaimana dengan 1965?” aku bertanya balik.
“Itu bisa menunggu. Yang penting, berjanjilah untuk kembali dan menuntaskan misi kita.”
“Baik, Kang.” Aku mengangguk dan beranjak pergi.