30-09-1965

Rizki Ramadhana
Chapter #17

September 1965

Bulan laknat yang kutunggu telah kumasuki. Aku berjalan-jalan berkeliling, dan menyaksikan massa menjarah pertokoan. Sedemikian parahnya kelaparan di tahun ini. Kios-kios dengan tenda sobeknya masih berdiri di sepanjang jalan Pasar Baru.

Hal yang baru kutemui adalah mulai beredarnya para dukun di mana-mana.

Di tengah mimpi buruk politik pada tahun ini, ramalan-ramalan dukun ternyata menarik minat orang-orang.

Di Pasar Baru, beberapa wanita tuna susila menawarkan jasanya kepadaku, dan kutolak dengan senyuman. Mereka mencoba menawariku dengan harga yang diskon yang sangat tidak masuk akal. Kelaparan telah membuat mereka mau melakukan apa pun demi sesuap nasi. Ketika mereka mulai memaksaku, aku pun segera beranjak meninggalkan Pasar Baru.

Dalam perjalanan mataku tertumbuk pada sebuah dinding bertulisan “SUKARNO BERI MAKAN RAKYATMU” mengusikku. Betapa rakyat benar-benar mulai muak atas retorika presiden saat ini. Lagi-lagi aku teringat kepada Ali. Aku pun semakin penasaran tentang bagaimana reaksinya andai ia kubawa ke sini.

Malam harinya di hotel aku teringat pada Feby.

Sedang apa dia di tahun 2019?

Bagaimana pernikahannya dengan Steven?

Apakah mereka sudah memiliki anak?

Lihat selengkapnya