30-09-1965

Rizki Ramadhana
Chapter #20

1 Oktober 1965

Aku terbangun di tanggal 1 Oktober pagi. Yang ada di benakku adalah RRI. Buru-buru aku bangkit dari tempat tidur dan menyalakan radio. Tanganku gemetar saat memutar tombolnya, berharap mendengar kabar baik.

“Para pendengar yang terhormat, kami melaporkan dari stasiun Radio Republik Indonesia. Pada hari Kamis malam tanggal tiga puluh September telah terjadi sebuah peristiwa mengejutkan. Pasukan TNI Angkatan Darat telah berhasil mencegah sebuah upaya makar yang dilakukan sejumlah oknum tentara. TNI AD telah melakukan serbuan preventif ke tempat pusat komando gerakan makar yang berlokasi di kampung Lubang Buaya. Puluhan oknum tentara telah diamankan. Masih diselidiki siapa dalang di balik upaya ini. Presiden Soekarno hari ini...”

Aku terduduk di ranjangku. Lemas. Namun lega. Kutarik napas dalam-dalam dan kuembuskan. Aku telah melakukannya. Aku berhasil! Malam laknat itu kini hanya tinggal sejarah. Ya, sejarah yang tidak akan ada seorang pun yang mengingatnya.

Hari demi hari berlalu sambil kuikuti terus berita di TVRI dan RRI. Upaya makar 30 September sepertinya mulai menguap dari berita. Hanya sejumlah tentara yang ditangkap dan diadili setelah peristiwa tersebut. Tidak ada nama Aidit ataupun PKI yang terkait. Bahkan Letkol Untung pun tidak disebut.

Tentara-tentara yang ditangkap di lubang buaya mengaku tidak tahu menahu untuk apa mereka dikumpulkan di sana. Tidak ada cukup bukti untuk menjerat mereka dengan hukuman yang berat. Satu-satunya sanksi yang dapat ditimpakan adalah karena mereka berkumpul di suatu tempat dengan persenjataan lengkap tanpa sepengetahuan pimpinan TNI.

Selebihnya sudah. Semuanya telah usai. Gerakan Tiga Puluh September telah gagal. Tidak ada lagi malam laknat. Tidak ada lagi sejarah hitam bangsa ini. Dan tidak akan ada lagi pembantaian massal. Aku berhasil... Ya!!! Aku berhasil!!!

Ali... aku telah melakukannya. Cita-citamu telah tercapai!!! Kau harus berterima kasih kepadaku!!! Ah tidak, bukan hanya kau, tapi seluruh Indonesia, bahkan dunia harus berterima kasih kepadaku!!! Ha! Ha! Ha! Aku telah mengubah sejarah!!!

 

Pagi itu aku duduk di tepi tempat tidur, masih mengenakan piyama. Rasa lega mengalir melalui seluruh tubuhku, menciptakan gelombang kebahagiaan yang tak terlukiskan. Aku, Erie Marhaen, telah melakukan sesuatu yang tak seorang pun pernah bayangkan. Aku telah menggagalkan sebuah peristiwa yang dapat merusak bangsa ini untuk selamanya.

Lihat selengkapnya