30 Age

C R KHAN
Chapter #3

Sengaja Dipertemukan

Robby Sanders sengaja menyambangi kampus anak kecil itu. Uhm... kira-kira apa gadis itu masih ingat dengan dirinya ya, mari kita buktikan. 

"Selamat pagi, Pak Robby."

"Pagi... hari ini saya harus kemana dulu?"

"Bapak bisa langsung ke aula untuk memulai seminar. Seprtinya para mahasiswa sudah tidak sabar ingin mendengar suara Bapak.",ujar dekan tersenyum lebar. 

Robby mengulur senyum, ia tak ingin terlibat komunikasi dengan dekan mata durian seperti orang di sampingnya itu. Oh ya, dia sampai lupa ingin mengajukan permintaan pada Bapak berkepala botak itu. 

"Saya ingin dipertemukan oleh mahasiswi bernama Aryestya Lustre. Bisa bantu saya?"

Pak Dekan tampak terkejut, tapi sebisa mungkin ia menutupi prasangkanya. Ya mungkin saja ada sebuah keterkaitan diantara keduanya. Ya bisa saja. 

"Tapi kalau boleh tahu... ada hubungan apa Bapak dengan__"

"Lakukan atau saya pergi dari sini!"Robby langsung memotong ucapan Dekan dengan sangat menakutkan. 

"Baik. Akan saya panggilkan."

"Saya ingin Bapak mempertemukan dia dengan saya. Saya akan menunggu di ruangan saya dan kalau sampai gadis itu tidak datang ke ruangan saya, maka kampus ini terpaksa akan saya hancurkan. Semua keputusan ada di tangan Bapak Rojal yang terhormat."

-0-0-0-

Selesai mengisi seminar, pria bertubuh atletis itu menunggu kedatangan gadis itu dengan santai. Biarkan Bapak kepala botak yang memikirkan bagaimana cara menyeret gadis nakal itu. 

Tapi, lama kelamaan rasanya ia dag dig dug. Aryestya itu agak sedikit pembangkang, rasanya sulit menyeretnya tanpa alasan yang jelas. Pak Rojal pasti kesulitan membawa gadis itu ke hadapannya. Tapi toh dia sudah memberikan penawaran yang cukup baik untuk kampus itu. 

Mungkin banyak yang bertanya mengapa Pak Rojal begitu ketakutan bila berhadapan dengan seorang Robby, maka jawabannya adalah karena Robby adalah donatur tunggal kampus itu, jadi ia memiliki hak veto yang lumayan besar, bahkan ada ruangan khusus untuk dirinya. 

"Maaf Pak Robby.... dia belum bisa datang kemari, ada masalah terdesak yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Maka mohon Bapak menunggu sebentar lagi."

Pak Rojal mengatakan hal itu sambil menarik napas dalam-dalam dan ekspresi wajah yang pucat pasti. Robby yang melihat itu agak sedikit tak tega, tapi rasa penasaran dalam hatinya begitu memuncak hingga membuatnya agak diluar kendali. 

Lihat selengkapnya