Menyanyi adalah hobbynya, menjadi Musisi adalah cita-citanya. Bagi seorang Noval Scorpion, Seni adalah bagian dari hidup, yang penuh warna dan nada, bahkan suara minyak penggorengan pun bisa menjadi alunan nada yang dinantikan saat perut mulai bernyanyi.
Namun, rupanya nada yang sering di dengar Noval adalah kesunyian, hanya detakan jantung dan helaan nafas yang mengalun.
Menyedihkan!
Dan keputusannya untuk ikut Neneknya pindah ke Bandung ternyata ada baiknya, Noval seakan menemukan nada baru dalam hidupnya.
Seni itu berwujudkan seorang cewek cantik, dengan suara yang menggemaskan, dan mata yang berbinar indah.
Teett-Teettt-
Suara bel jam pertama berakhir dengan mudah. Semua di lewati Noval tanpa menemukan kesulitan, padahal wajah-wajah di depannya menampilkan ekspresi lelah yang menggelikan.
Beruntungnya dia yang dianugerahi otak encer dan wajah yang tampan.
Wajah-wajah itu langsung berubah ceria saat mendengar kabar jika Pak Agus - Guru Sosiologi - yang mengajar setelah ini berhalangan hadir karena sakit.
Kejam memang, dimana mereka malah bersorak saat mendengar orang sakit, bukannya mendo'akan semoga lekas sembuh, malah dido'akan semoga tidak sembuh-sembuh.
"Hai, Noval. " Seorang cewek berambut sebahu dengan lipstick merah menyala menyapa dan langsung duduk di kursi sebelahnya yang kosong. Noval sampai heran bagaimana bisa dia lolos dari Guru Ketertiban.
"Gue Irish, tapi bukan Airish Bella ya. " Cewek bernama Irish itu mengulurkan tangan mengajak salaman.
Dengan malas Noval menjabat tangan cewek itu, dan memilih mengacuhkannya dengan memasang earphone kesayangannya. Membuat Irish berdecak kesal dan menimbulkan bisik-bisik dikelas yang memang sedari tadi memperhatikan aksi cewek itu mengajak si anak baru berkenalan.
Vanya sendiri tidak dapat menahan geli saat melihat raut cemberut Irish. Cewek sombong itu memang pantas mendapat perlakuan itu dari Noval. Biar dia sadar jika tidak semua cowok akan takluk dengan wajahnya yang putih efek dempul 1 cm dan bibir merah yang seperti baru saja minum darah.
Irish yang rupanya melihat Vanya yang terkekeh semakin kesal dan jengkel.
Beraninya Vanya meledeknya.
Persaingan antara Vanya dan Irish bukanlah hal baru lagi, teman-teman sekelas mereka sudah sangat hafal perseteruan antara dua cewek itu.
"Lo ikut gue! Gedung belakang kelas, " bisik Irish pada Vanya saat cewek itu melewati meja Vanya sebelum pergi dari kelas.
"Mau apa lagi tuh nenek lampir? " tanya Dian, teman sebangku Vanya.
"Ngajakin ribut lagi kali. Heran gue sama tu cewek. " jawab Vanya.
Selama ini Vanya merasa tidak pernah mengganggu Irish, tapi Irish lah yang selama ini selalu cari gara-gara dengannya. Banyak yang bilang dia iri karena Vanya lebih cantik dan pinter darinya. Alasan yang kekanak-kanakkan sekali.
Vanya mendekati Irish yang telah menunggu dengan antek-anteknya yang norak dan juga bodoh karena mau saja dimanfaatkan Irish.