Tak ada lagi yang tersisa...
Kurasakan tubuhku melayang begitu ringan, layaknya Kupu-kupu yang terbang dalam kebebasan. Kemudian jatuh berdebum begitu keras di lantai berpaving di halaman sekolah, darah berlomba-lomba keluar dari segala kesakitan yang kurasa.
Lalu mereka mulai berkerumun, sebagian histeris, sebagian berteriak meminta bantuan, sebagian mulai menyebut namaku dan merangkai-rangkai cerita seakan mereka tahu apa yang terjadi. Ada juga yang bangga karena menemukanku pertama kali dan menjadi sosok yang layak untuk bercerita ulang di depan publik.
Tapi... mungkin mereka benar sebaiknya aku tak pernah hidup dan hadir diantara kalian.
1 bulan sebelumnya...
Seorang siswi SMA tengah gelisah menanti kedatangan sosok yang dari tadi memaksa menunggunya di sebuah halte bus. Berulangkali dia melongok ke kanan dan ke kiri, tak kunjung datang juga. Hingga petang menjelang, jalanan mulai sepi.
Billa_ nama yang tertera pada nametag di seragam gadis yang sebagian tertutup dengan sweater rajut khas remaja putri itu. Dia tidak beranjak sedikitpun walau gerimis mulai menjalankan perannya untuk menambah tempo waktu yang berjalan dengan lambat. Billa merapatkan sweater nya. Dia mulai kecewa dan putus asa.
"Billa..."
Billa mendongak, dia melihat ke sumber suara yang memanggil namanya. Senyum yang sudah ia persiapkan pudar seketika dan terganti dengan bibir memucat karena kedinginan dan rasa kecewa yang ia rasakan.
"Lo masih di sini?" tanya Dani.
"Iya..." jawab Billa sambil memicing, mencoba menghalau percikan air hujan yang membuat pedih matanya.
"Udah bareng gua aja... si Ares mungkin lagi ada urusan dan nggak sempet ngabarin." lanjut Dani.
"Nggak lah Dan... udah Lo duluan aja nggak papa." sahut Billa.
Dani mematikan motornya lantas turun menghampiri Billa. Cowok itu berdiri tepat di hadapan Billa, membiarkan hujan membasahinya begitu saja.
"Gue denger dari Cinta, Ares masih suka kasar ya sama Lo?" tanya Dani.
"Enggak kok..." Billa menjawab tanpa menatap Dani.
"Gue anter Lo pulang! Ares nggak bakalan tau, toh kalaupun dia tau, gue pastiin dia nggak bakalan marah dan ngebentak Lo lagi. Dia juga nggak bakal marah kalau gue yang nganterin Lo pulang, udah ayo... mau nunggu sampek kapan!?" paksa Dani.
"Tapi Dan... Ares kalo marah tuh..." ucap Billa menggantung.
"Udah gue nggak takut sama Ares, ayok..." ulang Dani.
"Tapi Dan..." tahan Billa.
Tanpa menghiraukan ucapan Billa, Dani menarik gadis itu menuju kearah motornya lalu memakaikan helm yang sebelumnya di pakai Cinta_ pacar Dani semenjak kelas X. Kemudian menunggu Billa naik lalu memacu motornya dengan kencang.
Raungan knalpot motor Dani perlahan memudar dan kian menjauh. Dani meraih tangan Billa dan meletakkan di perutnya, begitu pula sebelah tangan lainnya.
"Soalnya gue kalau naik motor nggak bisa pelan, takut Lo jatuh." ucap Dani. Billa yang tanpa sadar merasakan kenyamanan, tidak lantas melepaskan tangannya.
Hingga motor Dani tiba disebuah rumah berpagar putih yang dipenuhi mawar rambat berwarna peach itu, barulah Billa menarik tangannya perlahan.
"Dan makasih ya, tapi sorry gue nggak bisa ngajakin Lo masuk." ucap Billa dengan pelan.