Perapian di pelataran belakang rumah bergaya minimalis itu masih berkobar. Satu per satu souvenir pernikahan berbentuk pouch berinisial B dan M terlempar ke dalam bara api. Terbakar habis lalu lelaki yang duduk tenang di depan perapian itu melempar satu lagi.
Ada tiga kardus besar dengan jumlah isi sebanyak seribu souvenir dan ia baru membakar sekitar lima puluh buah, mungkin?
Pria berkaus tipis itu mendesah panjang. Merebahkan diri pada kursi santai dan melipat kedua tangan di dada. Apa Mei--mantan kekasihnya--juga merasakan denyut sakit di dada seperti ini ketika membakar seribu undangan pernikahan mereka?
Lagi-lagi lelaki bermanik hitam dan beralis tegas itu mendesah panjang. Menyesali setiap keputusannya melepas Mei. Ia bangkit, memasukkan kembali sisa kardus ke teras belakang rumah. Sepertinya langit malam ini mendung, sebentar lagi hujan turun.