Zhen keluar dari mimpi kosong dan membuka mata. Kemudian, laki-laki dengan sepasang iris berwarna ijas menyesuaikan penglihatannya. Ketika mengelilingi tempat berbaring saat ini dengan mata, Zhen hanya menemukan keindahan dan tubuhnya yang tanpa pakaian. Dia menjadi malu seorang diri sehingga wajah putih dengan hidung mancung itu menjadi merah.
Zhen menutupi diri dengan tangannya dan khawatir ketika melihat segala sisi. Tidak ada orang dan hanya ada bunga mawar biru dalam gua batu hitam.
Dalam hati dia bertanya-tanya: "Di mana aku? Dan, mengapa aku bisa berada di tempat seperti ini?" Baru setelah pertanyaan itu muncul, Zhen yang polos tanpa sehelai pakaian menyadari bahwa: tidak ada kenangan dalam ingatannya. Memorinya, itu kekosongan yang tidak memiliki tepi dan hanya isi oleh pengetahuan umum yang entah bagaimana dia dapatkan. Dalam ingatannya hanya ada ruang hitam atau putih yang hampa.
Sampai pada titik ini, Zhen mulai merasa merinding; ketakutan sampai tubuhnya mulai menggigil dan menjadi pucat. Bibirnya yang merah seketika kehilangan warga darah dan rambut halus di kulit putih pucatnya menjadi tegak.
Namun, dia ingin melupakan masalah ini. Zhen mengharapkan pakaian untuk menutupi tubuh polosnya. Di mana pakaiannya? Pertanyaan itu kemudian memenuhi pikiran laki-laki berambut hitam yang menjuntai hingga menyapu rumput-rumput hijau tempatnya duduk. Siapa yang menelanjanginya seperti ini? Apa yang telah terjadi sebelum dia bangun?
"Tuan Penguasa Bunga! Tuan Zhen, Anda sudah bangun!" Suara remaja laki-laki yang ceria dan dipenuhi kebahagiaan datang dari arah lorong tersembunyi.
Seketika itu juga, secara alami, Zhen beringsut mundur; menjauhi remaja laki-laki berpakaian serba biru yang membawa nampan di kedua tangannya. Zhen ketakutan sampai bibirnya menjadi sebiru ribuan mawar yang tumbuh di atas rumput-rumput hijau. Dia memandang remaja laki-laki berambut panjang yang diikat pita senada warna pakaiannya itu dengan permusuhan. Akan tetapi, pihak lain tersenyum lebar, menunjukkan mata besar yang berseri-seri, dan langsung mendekatinya.
Remaja itu kemudian berlutut di depan Zhen yang menelan ludah dengan kasar. Tangan laki-laki bermata ijas tersebut mencari-cari dalam diam sesuatu—apa saja—untuk melindungi diri. Namun, tidak ada yang bisa disentuh tangannya, kecuali mawar biru berduri.
"Tuan Zhen, Anda akhirnya bangun dan membuka pintu. Aku sangat khawatir. Hampir-hampir aku bunuh diri ketika memikirkan hal-hal buruk. Tuan Zhen, mengapa Anda mengurung diri? Anda sudah membuat seluruh pulau cemas dan ...."
Remaja itu berhenti bicara dan segera menunjukkan keterkejutan sampai mulutnya menganga ketika menyadari tuannya tidak menggunakan pakaian. Mereka sama-sama laki-laki, tidak ada yang aneh antara mereka. Akan tetapi, si remaja benar-benar tidak pernah melihat tubuh tuannya sepolos ini.
"Tuan Zhen, di mana pakaianmu? Apa yang terjadi?" Dia agak panik dan segera keluar dari gua penuh mawar biru.
Zhen sama bingungnya dan benar-benar hanya bisa terdiam tanpa tahu apa-apa.
"Tuan, ini pakaianmu." Remaja itu segera kembali, membawakan satu set pakaian merah seperti darah dengan tepian berwarna putih.
"Siapa kau? Tempat apa ini?" Zhen bertanya perlahan-lahan sambil memandang remaja yang menutupi tubuhnya dengan mantel.
Mata remaja itu membuka dan keterkejutan sangat jelas di sana. Dia kembali berlutut di depan Zhen yang cepat-cepat menggunakan pakaian.
"Ada apa denganmu, Tuan? Ini aku, Ning Gogo, pelayanmu. Tuan, jangan menambah kekhawatiran kami. Ini kamarmu. Anda mengunci diri selama 3 hari dan baru membukanya sekarang. Terakhir, Anda mengatakan ingin beristirahat karena merasa kurang sehat. Tuan, apakah ada yang tidak nyaman? Aku akan memanggil dokter untuk Anda."