32 HAL TENTANG KAMU

IGN Indra
Chapter #5

SURAT KALENG PERTAMA

Alasan ke-2: Suara lo pas marah nyaring banget. Ngingetin gue sama alarm kebakaran.

Ada beberapa jenis keberanian di dunia ini. Ada keberanian para pahlawan yang maju ke medan perang. Ada keberanian astronot yang meluncur ke luar angkasa. Lalu, ada keberanian level terendah: keberanian untuk melakukan hal bodoh yang kau setujui kemarin sore saat otakmu sedang tidak sinkron. Pagi ini, aku sedang mencoba mengumpulkan keberanian level terendah itu.

Kertas kecil berisi "Alasan Pertama" itu semalaman tergeletak di meja belajarku. Aku menatapnya saat bangun tidur. Bentuknya sudah tidak karuan, sedikit lecek karena kemarin seharian ada di saku celanaku yang penuh dengan penderitaan. Tulisan tanganku sendiri terlihat asing, seperti tulisan seorang teroris yang sedang merencanakan kejahatan kecil yang tidak penting.

Aku sempat berpikir untuk tidak melakukannya. Aku bisa saja bilang pada Ojan dan yang lain kalau suratnya hilang, atau dimakan kambing, atau aku tiba-tiba terserang amnesia selektif dan lupa cara menulis. Tapi kemudian aku ingat prinsip hidupku yang paling utama: berdebat itu melelahkan. Menjelaskan kebohongan baru untuk menutupi janji dari kebohongan lama itu butuh kerja otak yang rumit. Lebih baik aku jalani saja.

Janji adalah janji. Bahkan janji yang dibuat di bawah tekanan tawa teman-teman dan ancaman uang kas. Justru karena janji itu bodoh, dia harus ditepati. Biar level kebodohannya sempurna dan paripurna. Jadi, dengan berat hati, aku melipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke saku seragamku. Rasanya seperti memasukkan granat tanpa pin ke dalam saku. Aku hanya bisa berharap dia tidak meledak di waktu yang salah.

Perjalanan ke sekolah terasa berbeda. Biasanya aku hanya berjalan sambil menendang kerikil. Hari ini, aku berjalan sambil merencanakan strategi. Otakku yang biasanya hanya aktif untuk mengingat jalan pulang, sekarang bekerja keras. 

Kapan waktu yang tepat untuk menaruhnya? Bagaimana caranya agar tidak ada saksi mata? Apakah laci meja Kayla ada alarm anti-penyusupnya? Pertanyaan-pertanyaan penting yang tidak akan pernah keluar di ujian.

Aku tiba di sekolah lebih pagi dari biasanya. Ini merupakan bagian dari strategi. Menurut perhitunganku, di jam sepagi ini, kelas masih kosong. Hanya ada meja, kursi, dan hantu-hantu murid yang arwahnya tertinggal karena tidak bisa mengerjakan soal fisika. Kesempatan emas.

Koridor masih sepi. Aku berjalan mengendap-endap, padahal tidak ada siapa-siapa. Punggungku sedikit membungkuk, seperti agen rahasia di film-film. Bedanya, agen rahasia membawa pistol berperedam suara, aku membawa secarik kertas bertuliskan penghinaan terselubung.

Kelas XII IPS 2. Duniaku. Aku mendorong pintu pelan-pelan. Benar saja, kosong. Hanya ada aroma kapur barus dari pengharum ruangan yang sepertinya sudah kedaluwarsa sejak zaman Majapahit. Aku menarik napas lega. Misi tahap pertama berhasil: infiltrasi wilayah musuh.

Sekarang bagian yang sulit. Aku harus mendekati pusat kendali lawan. 

Meja Kayla.

Aku berjalan pelan menuju mejanya. Meja itu bersih sekali. Berkilap. Aku yakin kalau ada debu yang berani hinggap di sana, dia akan bunuh diri karena malu. Di atas mejanya tidak ada apa-apa, hanya taplak meja kecil berwarna biru muda yang rapi. Semua bukunya pasti ada di dalam laci, tersusun rapi berdasarkan abjad dan ukuran. Kontras sekali dengan mejaku yang lebih mirip zona pasca-bencana alam.

Lihat selengkapnya