32 HAL TENTANG KAMU

IGN Indra
Chapter #6

PENGAMAT DADAKAN

Alasan ke-3: Lo satu-satunya cewek yang gue tahu bisa bikin contekan serapi naskah proklamasi.


Pagi hari setelah insiden pembuangan karya sastraku ke tempat sampah, aku bangun dengan kesadaran baru. Menjadi pengganggu itu ternyata susah. Butuh strategi. Aku tidak bisa memakai cara yang sama terus-menerus. Itu membosankan. Baik untukku, maupun untuk targetku.

Rencana awalku adalah melanjutkan serangan dengan sarkasme level tinggi. Aku sudah menyiapkan beberapa draf di otakku semalaman. Misalnya, "Alasan ke-2: Suara lo pas marah nyaring banget. Ngingetin gue sama alarm kebakaran." Itu bagus. Singkat, padat, dan berpotensi membuatnya ingin melempar kursi.

Atau mungkin aku bisa menyerang sisi akademisnya. Sesuatu seperti, "Alasan ke-3: Lo satu-satunya cewek yang gue tahu bisa bikin contekan serapi naskah proklamasi." Tapi kemudian aku berpikir lagi. Aku tidak pernah melihat dia menyontek. Itu fitnah. Aku boleh jadi orang iseng, tapi aku bukan tukang fitnah. Itu melanggar kode etik tak tertulis para pembuat onar. Aturan pertama adalah: jujur. Meskipun jujur dalam rangka menjadi menyebalkan.

Masalahnya, bahan kejujuranku habis. Aku tidak tahu apa-apa lagi tentang Kayla selain fakta bahwa dia galak, pintar, dan punya kemampuan mengubah kertas menjadi bola padat yang mematikan. Aku butuh data baru. Aku butuh materi.

Maka, hari itu, aku memutuskan untuk beralih profesi. Dari seorang penulis surat kaleng amatir, menjadi seorang peneliti lapangan profesional. 

Misiku: Mengobservasi subjek penelitian bernama Kayla Adisti.

Jam istirahat pertama adalah waktu yang tepat untuk memulai. Aku duduk di warung belakang sekolah bersama Ojan dan yang lain. Seperti biasa, mereka sedang membahas hal-hal penting seputar masa depan bangsa: gitar mana yang senarnya lebih empuk, dan apakah sambal di mi instan rebus lebih enak diaduk langsung atau dipisah. Aku tidak ikut serta. Pikiranku ada di tempat lain. Mataku menyapu seluruh penjuru lapangan seperti radar militer.

"Woi, Rel. Bengong aja," tegur Ojan sambil menyodorkan sebungkus gorengan. "Mikirin utang lo?"

"Bukan," jawabku. "Lagi mikirin penderitaan rakyat kecil."

Ojan menatapku aneh, lalu kembali sibuk dengan gitarnya. Bagus. Mereka tidak perlu tahu aku sedang menjalankan sebuah misi rahasia.

Dan di sanalah dia. Subjek penelitianku. Aku melihat Kayla keluar dari kelasnya. Tapi ada yang aneh. Dia sendirian. Biasanya, dia selalu berjalan bersama Siva, seperti dua agen FBI yang tidak bisa dipisahkan. Hari ini, dia solo. Dia berjalan dengan langkah cepat dan tujuan yang jelas. Dia tidak menuju ke kantin. Dia juga tidak menuju ke perpustakaan. Dia berjalan ke arah belakang sekolah. Arah yang sama dengan warung tempatku duduk, tapi tujuannya lebih jauh ke dalam. Ke area terlarang.

Area di dekat rumah kaca tua yang sudah tidak terpakai. Tempat para guru membuang pot-pot pecah dan kenangan pahit masa lalu. Tempat yang auranya sedikit horor.

Apa yang mau dilakukan seorang ratu perfeksionis di tempat seperti itu? Apakah dia punya markas rahasia di sana? Apakah dia sedang merencanakan cara untuk mengambil alih dunia?

Rasa penasaranku, yang biasanya hanya aktif saat ada gosip soal libur sekolah, tiba-tiba menyala.

"Gue ke toilet dulu," kataku pada Ojan. Aku berhasil menyebutkan alasan universal yang tidak akan pernah dipertanyakan.

Aku bangkit dan mulai berjalan. Bukan ke toilet, tentu saja. Aku mengikuti Kayla. Dari jarak yang aman. Aku sekarang seperti pembawa acara di acara dokumenter alam liar. Mengikuti jejak makhluk langka dan anggun di habitatnya. 

Lihat selengkapnya