Kring... kring...
“ugh...” perlahan, ia membuka matanya. Wajah pucatnya menyapu penglihatan ke seluruh penjuru kamar. Gelap tak bersuara, gadis kecil itu memegang gagang pintu lemas. Hampir saja ia tersandung mainan adiknya sendiri. “pagi... ma..” sapa gadis kecil itu sambil menuruni tangga. “wah, kamu sudah bangun ya. Tumben sekali,” ejek mamanya. “papa dimana, ma?” tanya gadis itu. “dikamar mandi” jawab mamanya singkat. Tiba tiba datanglah adik gadis itu sambil membawa buku catatan kecil. “kak laras, bisa bantu lia kerjakan PR, tidak?” tanya adik gadis kecil itu yang diketahui bernama lia. “kapan dikumpulkannya?” lia pun menepuk dahi. “kakak lupa? Hadeuh kak.... besok dikumpulkannya. Jadi, kakak bisa bantu tidak?” jawab lia. Kakaknya, laras hanya dapat mengangguk pelan.
Ting ting ting!
“sarapan sudah jadi, nona!” kata mama mereka berdua sambil membawa 2 piring nasi goreng kesukaan laras dan lia. “yay! Makan!” ucap lia kegirangan, sedangkan laras menarik piring itu hingga kehadapannya dengan lemas. “laras, kau kenapa? Sakit?” tanya mama laras pelan. “tidak apa apa, ma” jawab laras lirih. Diambilnya sendok diatas meja dan menyuap nasi goreng itu kedalam mulutnya dengan lemas. “kak, semangat dong. Ini hari pertama kakak kuliah loh. Masa, kakak tidak bersemangat?” ejek lia. Semakin lemas saja laras menyuap makanan itu hingga sampai kemulutnya. “agak gugup” jawab laras pelan. Mama laras hanya dapat menggeleng gelengkan kepalanya. “laras anak mama, kamu itu sudah dewasa. Sudah harus bertanggung jawab. Bagaimana kamu mau bekerja diperusahaan besar kalau berbicara didepan umum saja takut” nasihat mama laras. Bagi orang pemalu seperti laras, itu adalah tantangan besar yang sulit ditaklukan. Tapi apa hasilnya jika belum mencoba? “kalian makan, tidak mengajak papa ya?” tanya papa saat keluar kamar mandi. “papa tadi sudah dipanggil, tapi papa tidak menjawab” kata lia asal asalan sampai laras tersedak nasi karena tertawa. “makannya pelan pelan, kak” nasihat lia saat melihat kakaknya melabrak dispenser karena tersedak nasi. “iya iya” balas laras sebelum meminum air putih itu. “hayo, ini sudah jam berapa?” tanya papa sambil menunjuk jam dinding yang terletak diantara vas bunga dan sofa mini didekat mereka. “masih jam 7 pagi pa, kan berangkatnya jam 8” jawab laras. Ia pun duduk kembali dimeja makan tempat lia, mama, dan papa duduk. “nasi kakak sudah mau dingin, tuh. Makannya cepet” celoteh lia yang hanya dibalas anggukan kecil dari laras. “kakak sudah tidak berselera makan.” Tolak laras, ia membereskan peralatan makannya yang ada diatas meja. “tidak biasanya kamu tidak menghabiskan makanan mu” selidik mama. Wajah pucat masih menghiasi muka laras yang belum mencuci muka sama sekali. “kakak aneh, kakak kenapa sih?” tanya lia samar samar yang tidak terdengar oleh laras. Entah mengapa hari ini kakaknya sangat aneh. “ma, laras mau berangkat dulu, ya?” pamit laras, ia menyambar tas selempang mini diatas sofa mini diruang tamu. “iya, hati hati. Semoga diterima nak” jawab mama. Laras mengangguk pelan, lalu keluar rumah.
*
“ada waktu 30 menit lagi, masih bisa.” Semangat laras sambil berlari lari kecil ditrotoar. “taksi!” panggil laras saat melihat taksi lewat didepannya. Taksi itupun berhenti didepan laras. “Universitas alexenderys, kak” kata laras, ia menyebutkan tujuannya sehingga supir taksi tidak kebingungan saat mencari jalan. “iya dek” jawab supir taksi itu dingin. Ada kerutan kerutan hitam kecil disudut sudut wajahnya, mata supir itu juga berwarna abu abu terang, dan ada luka sobek kecil dileher si supir.