365 Hari

9inestories
Chapter #2

Surat Wasiat



*****


Bagas digiring paksa Derry memasuki ruang kerja sang kakek. Ia sebenarnya lelah dan cukup gerah. Ingin segera membersihkan badan dan berbaring di ranjang. Namun sejatinya, ia juga memiliki rasa lain; takut. Berbagai tanya muncul di benak Bagas bagai benang kusut setelah Derry memberitahukan perkara pembacaan wasiat. Apa sebenarnya tujuan sang kakek mempercepat pembacaan wasiat? Bagas tidak mau munafik, ia butuh uang, itu jelas. Kesenangan demi kesenangan yang telah ia pilih untuk menjadi warna hidupnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pernah suatu masa ia menghabiskan hampir setengah milyar hanya dalam waktu sepekan. Kakeknya tidak marah sama sekali, ia hanya menanyakan berbagai laporan transaksi yang telah masuk. Lagian buat apa kan uang segitu banyaknya jika tidak bisa menikmati? Hidup hanya sekali, seharusnya dipergunakan untuk mencari hal-hal yang menyenangkan, begitulah moto hidup Bagas.


"Duduk, Bagas!"


Suara tegas terlantun, bagai sebuah hipnotis. Bagas menuruti perintah itu seperti seorang bawahan pangkat rendah. Bagas tertunduk, tidak berani menatap wajah sang kakek. Derry, sang pengacara segera mengambil surat wasiat asli yang disimpan di brankas. Eddie mempercayakan kode sandi kepadanya. Masing-masing dari mereka pun setidaknya telah berusaha menyamankan diri dalam duduk mereka walaupun masing-masing diselimuti oleh rasa cemas dan penasaran. Mereka berkumpul di pusat ruangan yang terdapat seperangkat sofa komplet. Eddie Hartono duduk tegap di sofa single, memandang setiap orang yang tertunduk. Sepertinya keputusan yang ia ambil menimbulkan suasana muram.


"Ini Pak." Derry menyerahkan satu lembar surat bermaterai. Terdapat tanda tangannya dan tanda tangan Eddie Hartono selaku pihak pemberi wasiat. Ada dua kolom di kanan bagian bawah yang dikosongkan sebagai kolom saksi. Kolom itu diperuntukan bagi Lara dan Teguh.


Eddie Hartono menyapu pandangannya pada masing-masing orang sesaat setelah pengacaranya mengambil tempat di sebelah Bagas. Tidak mau membuang banyak waktu ia pun membacakan kalimat-kalimat pembuka surat. Perlahan setiap kepala yang tertunduk mulai terangkat dan terarah menuju sang Tuan besar.


Larasati Kinaryosih dan Tri Teguh telah dibukakan masing-masing satu rekening beserta sejumlah nominal di satu bank yang berdomisili di Zurich, Swiss. Ada satu rekening serupa lain yang diperuntukan bagi para pelayan dan bodyguard setia Eddie Hartono yang telah lama mengabdikan diri untuk rumah ini. Satu villa mewah di kawasan Laguna Beach, California akan segera dialih namakan setelah pembacaan surat wasiat untuk Derry Kaligis.


Eddie Hartono mengambil jeda sebelum pembacaan utama surat wasiat ia lanjutkan. Ia melihat ketiga orang kepercayaannya menangis terharu secara bersamaan. Kakek renta itu tersenyum, ia meletakan surat itu di meja, ingin berucap sebelum si pengacara mendahului.


"Anda tidak menyuruh saya mengetik bagian Laguna Beach, Pak. Bagaimana bisa?" Tangis Derry.


"Tapi, saya menyuruhmu mengosongkan dua tempat. Salah satunya memang untukmu, Derry. Terima kasih atas pengabdianmu selama ini."


Eddie memandang teguh pengacara Derry. Pria itu seumuran anaknya seandainya sang anak masih hidup saat ini. Derry menggantikan posisi pengacaranya yang terdahulu yang meninggal karena kecelakaan yang sama yang dialami anak dan menantunya. Ia begitu pekerja keras, jujur dan amanah. Satu-satunya bawahan yang berani memarahinya karena menyuap kepolisian untuk menebus Bagas.

Lihat selengkapnya