*****
Seorang wanita bername tag Mariana Marwa berjalan menuju dapur dengan kedua tangan ia sembunyikan di belakang punggung. Ia membawa tas kresek besar. Tas kresek berwarna hitam itu ia pungut tepat di sebelah bak sampah. Tangan kanannya membuka pintu swing lalu berhenti di bibir pintu dalam. Mereka yang sedang memasak untuk memenuhi pesanan seketika berhenti.
"Ada yang tahu dimana Bunga?"
Seorang koki menjawab, "Baru saja tadi keluar Bu, saya menyuruhnya untuk membawa peralatan masak yang telah kotor ke ruang cuci sekaligus mengambil gantinya."
"Jadi benar ia masih sering mencuci piring, bukankah Pak Salim mengangkatnya menjadi asisten di sini untuk membantu dalam memotong dan membersihkan bahan-bahan makanan?"
Mereka serempak menoleh ke arah Salim yang baru saja selesai mencicip sup yang telah mendidih.
"Maaf Bu, apakah Bunga melakukan kesalahan?"
Mariana atau kerap dipanggil Bu Anna menunjukan satu kantong kresek yang tadi ia sembunyikan di balik punggung. "Ini adalah piring yang sudah pecah, tepatnya sepuluh piring pecah! Dan menurut perhitungan saya dalam satu bulan saja Bunga sudah tiga kali melakukan kecerobohan dengan total 25 piring, 5 mangkok dan 7 gelas kaca! Bagaimana kau bisa menjelaskannya, Pak?"
Seorang asisten koki segera beringsut mendekati Pak Salim, menggantikan tugasnya agar Pak Salim bisa lebih fokus kepada Anna.
"Tapi maaf, Bu. Anda yakin itu perbuatan Bunga? Gadis itu sudah mulai membantu di area dapur sejak dua bulan lalu dan waktunya cukup banyak tersita di sini membantu para koki. Dia memasuki area cuci piring hanya jika salah satu dari kami menyuruhnya mengantar peralatan yang kotor kepada para petugas pencuci piring?"
Pernyataan pembelaan dari Pak Salim diangguki oleh banyak kepala di ruang dapur. Mereka mengenal siapa itu Bunga. Cekatan, teliti dengan pekerjaan yang terbilang rapi dan bersih. Tidak mungkin Bunga melakukan kecerobohan yang bahkan hingga 3 kali. Gadis itu sudah bekerja sebagai buruh cuci di restoran ini sejak lima tahun lalu dan tak ada satu pun insiden error yang ia perbuat. Jadi, tuduhan yang dilontarkan Anna seolah tak berdasar.
Anna menghela napas, sejatinya ia mengetahui siapa itu Bunga. Walaupun baru tiga tahun menjabat sebagai manager restoran, ia cukup mengenal karakter Bunga. Tapi, ada saksi yang mengatakan jika Bunga sendiri yang meletakan kantong sampah berisikan piring-piring pecah itu.
"Baiklah, baik. Saya akan mencoba menanyakan sendiri padanya! Sudah lama ia keluarnya?"
"Saya di sini, Bu Anna."
Anna menoleh ke arah kedatangan Bunga. Ia menenteng beberapa panci dan wajan dari arah pintu belakang dapur. Seorang asisten lain segera mengambil alih barang-barang yang dibawa Bunga.
"Saya mengakui, Bu. Iya, saya yang salah. Ibu bisa memotong biaya ganti rugi dari gaji saya berikutnya," ucap Bunga, ia berjalan mendekati Anna dengan kepala tertunduk.
Pak Salim menghampiri Bunga, "Bunga, itu tidak mungkin! Kau berada di sini membantu kami seharian, kapan kau ada waktu ke area cuci piring?"
Bunga hanya terdiam. Anna yang melihat mereka, berkata, "Bunga, jawab ibu! Siapa yang kau lindungi? Siapa yang memecahkan piring-piring ini?"
"Tidak ada, Bu! Itu murni kekhilafan saya."