365 Hari

9inestories
Chapter #8

Makhluk Tuhan yang Paling Seksi



*****


(Selasa 29 Agustus 2023)

Laras membunyikan klakson berkali-kali, tapi orang-orang yang berkerumun mungkin sudah terkena virus tuli. Mereka yang teridentifikasi sebagai gender perempuan memenuhi hampir separuh lebih jalan kampung, bagaimana ia bisa lewat?


"Ada apa sih sebenarnya?"


Akhirnya Laras memutuskan untuk menepikan mobil dan memilih berjalan kaki. Toh rumah Bunga hanya berjarak dua rumah lagi dari posisi Laras sekarang. Ia mengambil beberapa bag di bagasi, menyalakan alarm mobil dan menuju ke rumah Bunga. Untung saja ia tidak jadi memakai sepatu berhak tinggi.


Ketika Laras melewati kerumunan ia mendengar bisikan-bisikan para gadis tentang seorang pria. Laras penasaran, ingin melihat object yang menjadi pusat perhatian gadis-gadis kampung, apa daya tubuh Laras pendek. Ia mendengus dan terpaksa melanjutkan langkahnya sambil tetap awas memasang telinga. Gosip itu merupakan suatu candu yang menyenangkan untuk dikonsumsi, bisa bikin ketagihan tapi cenderung merusak.


"Gusti Pangeran, itu perut atau roti sobek rasa vanila?"

Dua orang kembar bergandengan tangan, masing-masing mengenakan caping dan pakaian kebaya yang sama, hanya beda warna. Laras mengenal mereka, Sinta dan Santi; dua gadis petani rajin yang sudah setahun ini menggantikan peran kedua orang tua mereka dalam bertani.

"Kenapa tidak sekalian gak pake celana? Tanggung!" Timpal Santi akan pertanyaan sang kakak, Sinta. Keduanya terpaku oleh sosok di depan sana.


"Ini bidadara atau malaikat ya?" Kali ini si janda kembang ikutan berkomentar.


"Mbak, jangan ngiler! Inget suami di rumah!" Seorang ibu muda menegur tetangga sekaligus teman akrab yang mulutnya ternganga melihat pemandangan di depan sana.

"Kalau mau kusunting, suami di rumah kucerai saat ini juga!" Si tetangga pun menanggapi saran tetangganya dengan statement acuh. Memang fakta, jika pria di depan sana jauh lebih baik seribu kali ketimbang suaminya di rumah.


"Pengen pegang ih! Sekeras apa perutnya?" Salah satu dari tiga orang pekerja yang kebetulan baru pulang dari shift malamnya ikutan nyeletuk.

"Apalagi kalo yang bawah juga ikut keras." Ternyata cewek nomor dua merupakan cewek mesum, mungkin efek lelah karena pekerjaan.

"Hush! Ngaco kamu!" Tegur cewek ketiga. Walaupun ia juga sedikit tergoda, tapi kewarasannya belum sepenuhnya hilang seperti kedua temannya itu.


Mendengar semua celotehan itu, Laras semakin penasaran. Tadi pagi, ayahnya bercerita jika ada pendatang baru di kampung Hening yang menurunkan barang-barangnya semalam. Orang itu menghuni rumah kosong tepat di sebelah rumah Bunga. Melihat banyak kaum hawa yang terbius dengan pesona si tetangga baru, dijamin ini orang gak kaleng-kaleng. Pasti transferan dari kota, atau mungkin orang kaya yang iseng pengen nyobain suasana kampung, bosan dengan hiruk pikuk perkotaan, siapa tahu kan? Soalnya hampir mustahil ada orang kampung nan miskin yang bisa ngerawat postur tubuh sampai perut ada enam kotak segala. Itu semua butuh biaya, kalaupun bisa dilakukan dengan training natural seperti angkat-angkat jadi kuli atau lari keliling kampung, dipastikan roti sobeknya coklat bukan vanila!


"Seperti apa sih orangnya?"


Laras dengan susah payah menerobos kerumunan untuk sampai pada pekarangan rumah Bunga dan Mbah Karsa. Tuhan! Bahkan ada empat orang berdiri tepat di jalan masuk menuju rumah Bunga.


"Bu, ibu-ibu sekalian yang cantik, maaf, boleh saya lewat?" Tegur Laras kepada empat orang ibu yang kompak menggendong balita mereka.


"Eh neng Laras, mau ke rumah mbah Karsa neng?" Si ibu dengan balita imut yang rambutnya terkuncir dua segera mengkomando tiga rekannya untuk memberi Laras jalan.


"Iya bu, maaf ya mengganggu sebentar kesenangan ibu-ibu sekalian, sebentar kok lewatnya," timpal Laras ramah. Ia memang cukup dikenal oleh beberapa warga di kampung ini.


"Oh, tidak masalah, silahkan silahkan neng geulis."

Lihat selengkapnya