3663 km Menuju Bulan

Tary Lestari
Chapter #15

Bab 15

Bab 15


24 Desember 2012

Jogja memang cantik dan nyaman… seperti kata orang-orang adem

dan ayem. Mama setuju dengan kata-kata itu…

Tetapi manusia-manusianya bergejolak, salah satunya Mamamu ini…

Hidup di sini lebih murah dari di Jakarta, tetapi mendapat pekerjaan

juga susah… Mama bekerja di restoran dengan gaji di bawah UMR…

Bahkan untuk menyewa kontrakan saja terkadang kurang…Apalagi

untuk kebutuhan kita makan…

 

Kalau lagi bingung begini, Mama jadi ingat Tantemu, Bintang…

Apa kabarnya dia sekarang? Mama kangen sekali sama dia…

Tetapi Mama tidak berani mengirim pesan-pesan lewat mimpi, karena

dia pasti bisa menemukan Mama jika itu dilakukan…Tante Bintang selalu

punya jalan keluar untuk banyak masalah, karena dia pintar dan berani

Mama hanya membuatnya repot dengan menanggung kesedihan karena Mama

pergi tanpa pamit meninggalkan rumah…Mama malu jika menemui dia dalam

kondisi seperti ini…

 

Nak, suatu hari nanti, kamu harus bertemu Tante Bintang…

Dia satu-satunya saudara Mama… Dia pasti akan menyayangimu

seperti Mama menyayangimu…Kalau kamu menemukan dia, sampaikan

maaf Mamamu ini…Mama memang tidak berguna, hanya bisa membuatnya

luka…Tolong ya Nak, sampaikan ke Tante Bintang kalau Mama menyesal…

 

Mama menyesal membuat hidupnya berantakan, Mama menyesal meninggalkan

rumah dan tak sanggup kembali lagi… Mama menyesal…

   

Ia menutup buku harian itu dan memasukkan kembali ke dalam tas ranselnya. Ia lupa bahwa masih ada saudara mamanya yang hidup meskipun belum pernah ia temui. Tiba-tiba ia memiliki setitik harapan yang lain. Ia membayangkan wajahnya persis seperti mamanya, sehingga ia akan merasa mamanya masih hidup. Mungkin itu sebabnya Mama tidak mengajaknya pulang ke dunia lain sekarang, karena Mama ingin ia mencari kembarannya, Tante Bintang.

“Ayo kita bikin sekarang!” kata Wina ketika memasuki kamar dengan tergesa.

Hari itu mereka diperbolehkan menggunakan handphone beberapa jam, sehingga bisa dimaksimalkan untuk membuat video seperti yang kemarin diusulkan Wina. Memang, tidak ada cara lain untuk keluar dari apartemen selain memviralkan video tentang penyekapan ini meski akan sangat berbahaya. Taruhannya nyawa. Ia mencoba bangkit dari berbaring meski tubuhnya masih sakit.

“Jangan bangun! Kamu harus aku videoin lagi tidur kesakitan begitu, buat bukti nyata korban penyiksaan di sini,” kata Wina lagi mencegah ia bangkit dari tempat tidur.

Lihat selengkapnya