3663 km Menuju Bulan

Tary Lestari
Chapter #18

Bab 18

Bab 18

TIGA TAHUN SEBELUMNYA (2)


Badai seringkali datang di luar perkiraan. Para pelaut berusaha menghapal semua perubahan musim dan arah angin, tetapi ada kalanya mendung mendadak datang tanpa ramalan dan badai menggulung semua yang mereka miliki di kapal. Baru tiga puluh menit mereka tidur saat kru senior kapal berteriak-teriak membangunkan mereka untuk menyelamatkan kapal dari badai.

Mereka terbangun dengan kepala berat dan berusaha berdiri dengan kaki yang bergetar. Kru senior tidak sabar melihat mereka lambat, salah seorang mendorong mereka dengan kasar untuk naik ke atas geladak kapal. Langit semakin hitam, hujan menggila dan ombak menghantam kapal. Para pekerja masih terhuyung-huyung naik ke atas dan berusaha menyelamatkan peralatan pancing, hasil tangkapan dan barang-barang yang tergeletak di dek kapal sebelum terlempar ke lautan.

Ia masih di bawah, membangunkan Kang Darpa yang tidak juga terbangun meski sudah ditendang kru senior beberapa kali. Kru senior memanggilnya untuk naik, maka ia meninggalkan Kang Darpa yang masih terbaring di bawah dan tubuhnya berguling-guling karena kapal yang oleng. Kenapa Kang Darpa? Apa ia benar-benar kelelahan hingga tidak mampu membuka matanya meski sebentar?

Ombak semakin menggila menghantam kapal. Orang-orang yang ada di atas dek kapal terpelanting ke sana kemari memegang pinggiran kapal. Ia baru sampai di atas dek ketika angin menghempaskan tubuhnya ke samping. Pegangannya pada pinggiran kapal lepas dan ia terlempar ke ujung kapal. Seorang teman menyambar tangannya dan menariknya dengan kuat ke tengah kapal sehingga ia tidak tergelincir ke bawah.

“Angkasa! Pegang tanganku yang kuat!” kata temannya itu berteriak.

Temannya memegang tangannya kuat-kuat, sementara orang-orang di sekelilingnya seperti beras yang ditampi ke sana ke mari. Para kru senior juga tampak berjuang mati-matian agar tidak jatuh dari kapal. Badai masih terus menggila, menghabiskan semua tangkapan yang ada di atas dek kapal yang belum sempat dibereskan. Semua hasil tangkapan hari itu kembali terlempar ke lautan lagi. Alat-alat pancing masih tersangkut di dek meski sebagian yang lain juga terbawa badai.

Satu jam kemudian badai reda.

Angin masih kencang namun bisa diatasi. Para kru senior langsung teriak-teriak agar pekerjanya menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan di sekeliling kapal. Sebagian yang terlempar ke lautan namun berada di pinggiran kapal disuruh diambil secepatnya sebelum terhanyut. Seorang kru senior mendorongnya ke lautan tanpa aba-aba sehingga ia terjungkal ke air. Tangan senior itu menunjuk-nunjuk barang yang mengapung di atas lautan untuk diambil satu persatu. Ia berenang ke barang-barang yang mengapung meski tenaganya benar-benar terasa habis.

Seorang teman melihatnya dengan khawatir dan berenang mendekatinya. Air yang sangat dingin membuatnya membeku, sebentar lagi kalau diserang kram mungkin hidupnya akan berakhir setelah badai. Temannya memahami kondisinya dan meminta ia diam di sana sambil memberikan balok kayu.

“Biar aku yang ambil!” katanya.

Ia hanya diam menggigil sambil berpegangan pada balok kayu yang ada di dekatnya ketika temannya mengambil barang itu satu persatu dan melemparkannya ke dalam kapal. Ikan-ikan tangkapan tidak bisa diselamatkan satupun bahkan ia menduga yang ada di bawah juga bisa jadi hanyut karena pintu bawah terbuka. Kru senior masih berusaha memperbaiki kapal yang retak dan bocor di ujung, sementara teman-temannya masih mengambil barang-barang yang mengapung di lautan. Kakinya terasa beku, ia sudah mulai kram dan memberanikan diri naik ke atas kapal dengan bantuan temannya.

Seorang kru senior menendangnya dan memaki dengan kata-kata yang tidak ia pahami. Kru itu menunjuk-nunjuk ke arah laut menyuruhnya kembali berenang. Temannya mengatakan kakinya kram sehingga tidak bisa lagi berenang. Lalu kru senior itu menarik tangannya dengan kasar naik ke geladak. Di sana ia ditendang beberapa kali, dan kru lainnya memukuli ia menggunakan potongan besi. Ia terjungkal di lantai dek kapal, sementara teman-teman lainnya tidak bisa menolongnya.

Lihat selengkapnya