3663 km Menuju Bulan

Tary Lestari
Chapter #28

Bab 28

Bab 28


Gara masih sibuk mengecek handphonenya mencari koneksi lain yang mungkin bisa membantunya di Poipet. Sementara aku tertarik melihat dua orang yang memasuki kafe itu. Siapa mereka? Sepertinya dua orang Indonesia. Satu orang seusia Surya, sementara satu lagi lebih muda. Sosok yang lebih muda mirip Angkasa sekilas dan aku tersentak. Apa mereka benar-benar bisa datang? Aku menyenggol lengan Gara.

“Lihat dua orang yang baru masuk kafe, arah jam 11,” bisikku.

Gara melirik ke arah jam 11, mengamatinya beberapa saat.

“Benar itu mereka,” jawabnya.

“Dari mana kamu tahu?” aku meragukan Gara karena selama ini memang seringkali dia agak gegabah.

“Aku meminta mereka mengenakan warna baju yang sekarang dikenakan, dan duduk di meja yang bisa berempat,” kata Gara sambil bangkit dari duduknya.

Aku mengikuti Gara menghampiri dua orang itu. Begitu kami tiba di meja mereka, tampaknya mereka langsung tanggap. Tetapi, cowok muda itu tampaknya tidak terkejut melihatku, ia sepertinya biasa saja. Seharusnya ia terkejut melihat wajah yang sama persis dengan wajah Mamanya. Aku yakin ia pasti sudah membaca berita tentang ibunya yang meninggal dalam penganiayaan, tetapi kenapa wajahnya tidak antusias saat melihatku? Atau dia memang cuek begitu aslinya?

“Mas Ardan?” tanyaku pada cowok yang seusia Surya.

Surya mengatakan bahwa lelaki itu bernama Ardan, orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Poipet dan dekat dengan pekerjaan judi online bahkan ia memang masih bekerja di sana sampai hari ini untuk menghidupi keluarganya. Ardan mengangguk dan menyalami kami. Lalu, aku memandang Angkasa yang masih diam saja.

“Ini Ang….?” tanyaku terputus karena tiba-tiba ia menjawab lebih cepat.

“Ya, saya Aang…” jawab cowok yang muda itu.

Gara memandang cowok itu.

“Angkasa ‘kan?” tanya Gara.

“Saya Aang, panjangnya Anggoro,” jawabnya.

Lalu, suasana hening. Sepertinya ada yang salah, memang cowok muda ini sekilas mirip dengan Angkasa di foto tetapi kemungkinan dia bukan Angkasa tetapi Anggoro. Namanya mirip, mungkin Surya ingat hanya nama depannya saja atau bagaimana? Aku memastikan sekali lagi.

“Benar kamu bukan Angkasa Biru? Aku sedang mencari Angkasa Biru,” tanyaku.

Cowok itu menggeleng. “Aku Anggoro Kak, disuruh kesini katanya ada saudara mau ketemu. Tapi aku bingung karena tidak mengenal kalian.”

“Wah, sepertinya Surya salah memberi informasi. Memang di fotonya, Anggoro agak mirip dengan Angkasa ya?” kata Ardan merasa agak bersalah.

Ardan mengangguk lalu menjelaskan panjang lebar, bahwa ia satu pekerjaan dengan Anggoro. Sewaktu Surya mencari cowok di foto itu, ia hanya ingat bahwa namanya ada Ang-nya dibagian depan dan memang sebagian besar orang di sini bisanya mengubah namanya demi keamanan mereka. Karena itu mungkin ia mengira bahwa Anggoro adalah Angkasa karena wajahnya sangat mirip juga, usianya serupa dan sosoknya juga persis.

Lihat selengkapnya