39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #3

Menjadi Penyelamat

Suara tapak kaki yang sesekali menginjak dedaunan kering terdengar bergerus halus dengan aspal. Dengan langkah perlahan Zefan menyusuri setiap jalan. Tujuannya setelah ini adalah toko penjual handphone, ia mengunjunginya untuk membeli handphone baru agar memudahkan perjalanannya dalam mencari lokasi yang ingin ia datangi. Beberapa menit sudah ia berjalan, akhirnya ia kini berada di jalan raya dan di pinggir jalan tersebut terdapat toko yang menjual beragam jenis handphone.

Tanpa berpikir lama lagi, lelaki yang sesekali memijat perlahan bagian lehernya segera mendatangi toko handphone tersebut. Sesampainya di sana, sang sales yang memiliki passion marketing yang bagus langsung menyapa Zefan.

 

“Selamat malam mas.”

 

“Malam.”

 

“Apa kabar hari ini? Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai walau kadang keadaan suka mematahkan hati. Silahkan jika ingin membeli, informasi seputar semua hp ada di brosur ini. Kalau ada pertanyaan atau sudah menemukan hp yang menjadi incaran bisa panggil saya lagi. Saya ada di sana kok, gak jauh-jauh karena yang jauh cukup perasaan saya sama dia aja. Terima kasih,” ungkap seorang sales yang membuat Zefan sedikit ternganga.

 

“Oke,” sahut Zefan menatap sales yang perlahan meninggalkannya dan sibuk dengan laptopnya.

 

Setelah sedikit terpukau dengan gaya bicara sales tadi dalam membuat pembeli tertarik, Zefan langsung memilih handphone yang akan dibelinya. Tak membutuhkan waktu yang lama, Zefan langsung memilih handphone dengan kualitas terbaik dengan harga yang selangit.

 

“Mas mas?” panggil Zefan pada sales itu.

 

“Iya mas? Sudah menemukan yang tepat?”

 

“Udah. Saya mau ini.”

 

“Sudah yakin?”

 

“Yakin.”

 

“Jangan sampai salah pilih mas, menaruh hati ke tempat salah itu rentan patah. Kalau patah susah buat diperbaikin lagi, apalagi kalau udah hancur bakal susah buat disatuin lagi.”

 

“Mas saya mau beli hp ya bukan pilih jodoh.”

 

“Beli hp kan juga kayak pilih jodoh mas. Harus cari yang terbaik, yang bisa ngertiin, yang selalu ada, dan yang gak pernah ngecewain. Iya kan?”

 

“Iya sih. Ck, udah ah saya tetep mau yang ini.”

 

“Oke mas, bayarnya dicicil atau cash?”

 

Cash.”

 

“Tunai atau transfer?”

 

“Tunai.”

 

“Sekalian diisi kartu memorinya mas?”

 

“Iya.”

 

“Diisi kuota?”

 

“Iya.”

 

“Mau diisi hatinya juga?”

 

“Hah?”

 

“Bercanda mas, saya masih lurus,” ujar sales itu.

 

“Bercandanya garing mas, aneh.”

 

“Ya maaf, oke deh tunggu sebentar ya ayang,” celetuk sales yang membuat Zefan mengangkat alisnya karena heran, “Eh abang maksudnya,” sambungnya memperbaiki ucapannya tadi,

 

Lihat selengkapnya