39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #4

Perkenalan Tak Terduga

Sekitar satu menit mengendarai sepeda motor, pria baik itu akhirnya sampai di cafenya. Ia segera memarkirkan motor lalu mengajak perempuan yang diboncengnya untuk turun dan masuk terlebih dahulu. Hujan semakin mengucur dengan deras, diselingi suara petir yang saling bersautan di bumantara. Sesekali angin yang bertiup kencang menggoyang-goyangkan daun pohon lebat.

Sedangkan Zefan dan perempuan tomboy masih berlari di jalan, sedikit tak sabar karena perempuan itu berjalan lambat di belakangnya. Zefan berbalik arah menghampiri perempuan berbaju hitam itu.

 

“Lama banget sih jalannya? Keburu hujannya makin lebat.”

 

“Santai aja kali.”

 

Dengan inisiatifnya yang tanpa dipikir terlebih dahulu, Zefan langsung menggandeng tangan perempuan tomboy itu agar mempercepat laju jalannya. Bukannya mendapat sambutan hangat, ia malah mendapat tepisan maut, perempuan itu memutar tangan Zefan.

 

“Aw! Sakit tahu!”

 

“Salah siapa asal gandeng-gandeng aja? Aku bisa jalan sendiri.”

 

“Kan niatnya biar jalan kamu cepet. Kamu kan lelet.”

 

Selepas mendengar ucap Zefan barusan, perempuan tomboy langsung berlari mempercepat langkahnya, “Sekarang siapa yang lelet?” ujar perempuan itu sembari berbalik arah sebentar sembari berjalan mundur. Zefan masih menatap heran perempuan yang menurutnya sangat sulit dipahami itu.

 

Saat perempuan itu berjalan mundur, tiba-tiba datang sebuah mobil yang melaju kencang di belakangnya. Zefan yang menyadarinya langsung berlari menghampiri perempuan itu.

 

“Awas!” teriak Zefan sembari mendekati perempuan itu lalu langsung menarik tangannya dan membawanya ke pinggir jalan. Perempuan itu terkaget, hampir saja nyawanya melayang. Namun, lelaki yang berkali-kali mendapatkan tonjokan dan tendangannya itu berhasil menolongnya. Napasnya masih tersengal-sengal dan sedikit panik.

 

“Hati-hati dong! Emang paling bener aku gandeng aja kamu! Untuk mencegah prasangka burukmu, aku mau kasih tahu kalau aku gak ada niat macem-macem. Cuma mau mastiin kamu aman aja karena kamu cewe.”

 

Tanpa berpikir lama lagi, Zefan langsung menggandeng tangan perempuan tomboy nan keras kepala itu. Kali ini tak ada penolakan darinya, tak ada lagi tepisan yang ia berikan pada Zefan, tak ada lagi omelan yang ia lontarkan. Perempuan itu terdiam pasrah, karena sedikit trauma dengan kejadian yang hampir merenggut nyawanya tadi. Baik, kali ini perempuan jutek itu takluk. Mereka berjalan bergandengan tanpa melirik satu sama lain.

Hingga akhirnya mereka sampai di cafe pria baik yang melerai perkelahian mereka tadi. Zefan dan si perempuan jutek segera masuk ke dalam karena tangisan langit semakin mengucur dengan deras. Saat mereka sudah masuk ke dalam, pria baik memberikan sambutan hangat kepada mereka yang baru sampai. Tiga cangkir teh sudah tersedia di meja, perempuan yang tadi Zefan tolong juga sudah duduk sembari menikmati teh yang pria baik hidangkan.

 

“Permisi mas.”

 

“Iya kalian duduk dulu. Kalau mau minum dulu silahkan, kalau mau bersih-bersih atau ganti baju itu ada toilet ya.”

 

“Makasih mas. Aku minjem toiletnya ya, mau sekalian bersih-bersih soalnya basah kuyub.”

 

“Oke pakai aja. Emang bawa baju? Handuk?”

 

“Bawa kok.”

 

“Oke.”

 

Pria baik itu masih sibuk membuatkan sesuatu di dapur mini untuk tamunya. Zefan membersihkan diri di toilet, perempuan feminim, dan perempuan tomboy tadi masih duduk berhadapan, mereka saling bertatapan. Tak tahan berlama-lama tenggelam dalam kecanggungan, perempuan tomboy tadi berinisiatif untuk memulai percakapan.

 

“Nama kamu siapa?”

 

Perempuan pendiam itu tak menoleh sedikitpun. Tak ada jawaban juga darinya, ia masih terus menatap kosong ke arah luar. Raganya di sini, tapi pikirannya ntah ke mana. Perempuan tomboy yang merasa dicueki mengenduskan napas kecewa. Suasana kembali hening, hingga Zefan selesai dari kamar mandi dan kebetulan sekali pria baik yang tadi sangat sibuk di dapur selesai membuatkan makanan untuk mereka.

Lihat selengkapnya