39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #5

Ajakan Pergi Bersama

Dikarenakan Zefan tak bisa diam terlalu lama dia menggoyang-goyangkan kakinya pada penyangga kaki di bawah meja. Nindy yang tepat berada di sampingnya merasa tak nyaman, sontak ia langsung menendang kaki Zefan agar ia berhenti menggoyangkan kaki.

 

“Kakimu bisa diem gak?” ketus Nindy pada Zefan sembari melirik tajam. Zefan mengembuskan napas kesal lagi, disaat kakinya sudah diam kini berganti tangannya yang mengetuk-ngetuk meja menciptakan suara. Kali ini ia tak mendapat pukulan atau tendangan lagi dari Nindy, melainkan tatapan tajam, sangat-sangat tajam, “Berisik!” ketus Nindy mengarahkan sorot mata tajamnya pada Zefan. Lelaki yang daritadi selalu serba salah itu pun segera menghentikan gerakan tangannya.

 

Arga kembali dibuat tersenyum oleh tingkah Zefan dan Nindy. Ternyata Keisha juga dibuat sedikit tertawa oleh Zefan dan Nindy. Padahal sebelumnya wajahnya seoerti dipenuhi awan hitam yang gelap. Awan itu menciptakan kesan sayup dan muram. Setelah menghabiskan kentang goreng miliknya Arga kembali membuka obrolan untuk mengakrabkan diri. Pertanyaan basa-basi ditujukan untuk Zefan.

 

“Rumahmu di mana Fan?”

 

“Aku? Rumah asli kan?”

 

“Heem.”

 

“Rumah asliku di surga, tapi sejak 19 tahun yang lalu pindah ke bumi karena ada proyek bangun kehidupan lebih baik di sini, sekalian ke luar dari zona nyaman.”

 

Arga lagi-lagi dibuat tertawa kecil oleh jawaban Zefan barusan. Untung saja Arga mengerti, jika Zefan berbicara seperti itu artinya dia tak ingin memberitahu alamat aslinya. Nindy yang mendengar jawaban Zefan barusah hanya melirik sinis ke arah Zefan. Zefan lagi-lagi menatap sekitar sembari mengetuk-ngetuk meja. Disaat sadar Nindy menatap tajam ke arahnya, spontan ia langsung menghentikan gerakan tangannya.

 

“Kalau kamu Nindy? Rumah kamu di mana?”

 

“Yogya mas.”

 

“Terus bawa tas besar mau ke mana? Liburan?”

 

“Ehm iya liburan.”

 

“Kamu juga bawa tas besar mau liburan juga Fan?”

 

“Yoi mas.”

 

“Kalau kamu Sha? Rumah kamu di mana?” tanya Arga (Dalam bahasa isyarat)

 

“Di sini.” (Dalam bahasa isyarat)

 

“Yogya asli?” (Dalam bahasa isyarat)

 

Keisha mengangguk mengiyakan.

 

“Kamu gak mau liburan kan? Soalnya aku gak lihat kamu bawa tas,” (Tanya Arga dalam bahasa isyarat)

 

Keisha menggelengkan kepala.

 

“Kamu gak pulang? Aku antar? Ini juga udah malem, nanti orang tua kamu nyariin.”

 

Keisha lagi-lagi menggelengkan kepala.

 

“Bajumu basah, kamu mau ganti baju gak? Pakai baju aku?” (Tawar Nindy dalam bahasa isyarat)

 

Keisha lagi-lagi menggelengkan kepala.

 

Kini giliran Nindy yang ingin membersihkan diri, ia beranjak dari tempat duduknya.

 

“Mas aku pinjem toiletnya ya?” tanya Nindy meminta izin pada Arga.

 

“Oh iya pakai aja.”

 

“Jangan boros-boros pakai airnya,” ujar Zefan yang tetap tak digubris Nindy.

 

Suasana kembali hening, hanya terdapat suara hujan, suara ketukan dari jemari Zefan dan hentakan kakinya di penyangga bawah meja. Hingga akhirnya Zefan kembali memulai percakapan. 

 

“Mas cafenya kenapa kok ditutup?” celetuk Zefan tiba-tiba.

 

“Emang sengaja hari ini saya tutup.”

 

“Ohh … Kayaknya cafe baru nih mas, buka sejak kapan? Asik juga tempatnya.”

 

“Iya baru beberapa bulan kemarin bukanya.”

 

Lihat selengkapnya