Makanan dari masing-masing mereka sudah berhasil dihabiskan. Kini saatnya mereka berbelanja perlengkapan camping esok hari. Motor Arga juga sudah ia keluarkan dari rumahnya, dua motor keren siap meluncur menjelajahi jalan. Wajah Zefan terlihat sangat kagum dengan motor yang dimiliki Arga karena benar-benar sekeren itu. Matanya berbinar saat melihatnya, senyuman juga terlukis di wajahnya.
“Keren mas motornya,” celetuk Zefan sembari memandang motor Arga dan memegang stang motor itu. Arga hanya membalasnya dengan senyuman.
“Nindy kamu yakin bisa naik motor?” tanya Arga kembali memastikan.
“Bisa mas.”
“Coba dulu nih, ntar di jalan malah kenapa-napa.” ujar Zefan melepaskan genggaman tangannya pada stang motor Arga.
“Iya bener kata Zefan lebih baik kamu coba dulu.”
Nindy mengangguk menuruti, dengan langkah sedikit ragu Nindy mendekati motor itu dan mengambil kunci motor di tangan Mas Arga. Perempuan sedikit jutek itu sedikit menelan ludah, lalu menghembuskan napas dalam-dalam. Hingga akhirnya ia menaiki motor tersebut, ia segera memasukkan kunci ke dalam kotak kunci lalu mengegas motor secara perlahan untuk menghidupkan.
“Mas gimana ya caranya kalau udah gini?”
“Lah ternyata gak bisa, sok pinter kamu,” ejek Zefan dengan tawa kecil.
Arga menggoreskan senyum tipis pada Nindy.
“Aku kira kan sama kayak motor matic, ternyata beda,” sahut Nindy membela diri.
“Udah deh daripada nanti Keisha kenapa-napa pas dibonceng sama kamu mending dibonceng Mas Arga aja. Kamu sama aku,” saran Zefan.
“Hish! Ogah banget aku sama kamu.”
“Yaudah kalau kamu gak mau sama Zefan, sama saya aja. Biar Zefan sama Keisha. Gapapa kan Keisha?” ujar Arga mencoba menengahi. Keisha mengangguk menyetujui.
“Cewe aneh, dibonceng cowo ganteng kayak aku kok gak mau,” celetuk Zefan, “Awas!” sambungnya mengusir Nindy untuk menuruni motor karena dirinya ingin menaikinya.
“Dih! Yang ada jijik aku dibonceng sama cowo banyak gaya kayak kamu,” sahut Nindy sembari turun dari motor.
“Punya tampang ya dibuat gaya lah, daripada cuma dipajang doang,” jawab Zefan membela diri.
“Banyak gaya kok bangga.”
“Ya banggalah, aku kan terlahir istimewa.”
“Apa istimewanya? Tampang ganteng doang kan? Lainnya apa?”
“Yaaa gak tahu sih.”
“Hahaha.”
“Tapi makasih udah mengakui kalau aku ganteng tadi.”
Nindy melempar wajah kesal pada Zefan.
“Yuk Sha, jalan. Kelamaan di sini gak baik buat kesehatan perasaan dan pikiran. Soalnya ada sesuatu yang paling jahat di dunia ini, yang bisa bikin sakit ngalahin kanker dan kawan-kawan yaitu mulut manusia yang suka nyinyir,” ungkap Zefan.
Keisha hanya ternganga karena tak mengerti perkataan Zefan.
“Apa kamu bilang?” cetus Nindy kembali kesal pada Zefan.
“Yuk Sha! Kabur! Orangnya sensitif.”
“Yuk!” balas Keisha dalam bahasa isyarat, membuat Zefan menirukannya. Saat ingin menaiki motor, Nindy mencegah jalan Keisha.
“Hati-hati Sha. Jangan deket-deket buaya nanti kamu jadi mangsanya,” Nasihat Nindy dalam bahasa isyarat juga dalam ucapan.
Keisha tersenyum dengan memperlihatkan giginya.
“Gapapa deng Sha, kalau kamu jadi mangsaku, gejala paling beratnya cuma jatuh cinta,” balas Zefan pada Keisha dengan melambatkan ucapannya agar Keisha mengerti
“Jatuh cinta?” sahut Keisha dalam bahasa isyarat juga ucapan yang sedikit samar.