39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #8

Lebih Dekat

Bertolak belakang dengan keadaan Nindy dan Keisha yang bisa tidur tenang. Walau mata Zefan sudah terpejam, ia terus menggaruk-garuk tubuhnya. Sekawanan nyamuk genit mengisap darah manis Zefan. Tak tahan dengan serangan bertubi-tubi dari gerombolan nyamuk. Zefan terbangun, langsung mendudukkan diri dan terus menggaruk-garuk lengannya.

 

“Bi Ijah, kok banyak nyamuk sih?” ucapnya membangunkan Arga yang sudah tertidur dengan mengenakan jaket.

 

“Bi Ijah? Kamu nglindur ya Fan?” sahut Arga.

 

Zefan mencoba membuka lebar matanya dan memperjelas pandangannya. Baru ia sadari ternyata ia tak sedang berada di rumah.

 

“Eh, Mas Arga.”

“Aku ngomong apa tadi?”

 

“Bi Ijah kok banyak nyamuk sih .…”

 

“Oh? Maaf mas, kirain di rumah.”

 

“Kangen rumah ya?”

 

“Engga sih biasa aja.”

 

“Udah ngabarin orang tua belum kalau kamu baik-baik aja?”

 

“Ehhm udah kok tadi.”

“Ohh pantes ya Mas Arga gak diganggu nyamuk, pake jaket sampe ketutup semua gitu kayak kepompong. Pakai sarung tangan juga.”

 

“Hahahah, kan kamu juga punya jaket to?”

 

“Iyaa, baru kepikiran make sekarang.”

 

“Yaudah buruan pake.”

 

“Ada sarung tangan mas?”

 

“Ada banyak. Bentar.”

 

Arga berjalan menuju ke tasnya untuk mengambil sarung tangan untuk Zefan

 

“Mau warna apa?”

 

“Weis udah kayak beli di abang-abang.”

 

Zefan berjalan mendekati Arga untuk memastikan apakah benar sarung tangan yang dimilikinya ada beragam warna.

 

“Buset bener warna-warni, Mas Arga ada usaha jual sarung tangan juga selain cafe?”

 

“Hahaha engga, aku cuma suka ngoleksi aja.”

 

“Baru tahu ada orang ngoleksi sarung tangan.”

 

“Hahaha udah buruan nih milih yang mana?”

 

“Biru aja tuh mas.”

 

“Nih,” ucap Arga sembari memberikan sarung tangan bewarna biru.

 

“Makasih banyak mas.”

 

“Sama-sama udah sana tidur.”

 

“Oke.”

 

Mereka berdua kembali membaringkan tubuh di sofa dan terlelap dalam tidur. Tak ada lagi nyamuk yang berhasil menganggu mereka. Akhirnya Zefan dan Arga bisa tertidur nyenyak. Malam ini rasanya berlalu begitu cepat. Tak lama kemudian mentari kembali memunculkan pesonanya. Awan putih, langit biru, dan angin pagi yang sejuk kembali menyambut hari yang menjadi saksi petualangan Zefan, Arga, Keisha, dan Nindy. Sebuah cerita baru akan dimulai. Pengalaman baru akan kembali terciptakan. Pelajaran baru tentang kehidupan akan mereka dapatkan.

***

 Tas bewarna biru, merah, hitam, dan abu-abu berbaris rapi di depan pintu cafe Arga. Di sebelah tas duduk dua orang wanita cantik yang sama-sama sudah mengikat rambut. Mereka sudah siap melakukan perjalanan yang ntah di mana. Zefan dan Arga masih merahasiakannya. Suara deru motor yang sedang dipanasi terdengar sangat keras. Menciptakan asap kendaraan yang cukup tebal. Zefan kembali memulai tingkah jahilnya. Posisi knalpot motor yang tadinya tidak mengarah oada Nindy. Zefan malah mengarahkan knalpot itu ke arahnya.

 Sebelum mengarahkan knalpotnya ke arah wanita tomboy itu. Zefan menyuruh Keisha yang berada di sebelah Nindy untuk menjauh agar tidak terkena. Nindy yang masih larut dalam lamunannya belum menyadari niat nakal Zefan. Arga yang menyaksikan itu mencoba menegur Zefan, tetapi Zefan tetap pada niat jahilnya. Tak lama kemudian Zefan langsung menjalankan aksinya.

“1, 2, 3.” ucap Zefan dilanjut dengan menderukan motornya dengan keras. Terlihat kebulan asap yang menyebar.

 

“Zefan! Kamu tu bener-bener ya! RESE!” teriak Nindy dilanjut dengan berjalan menghampiri Zefan untuk kembali mencubit perutnya.

 

“Aduh! Ampun-ampun. Maaf. Lagian pagi-pagi udah ngalamun aja. Mikirin apa sih? Mikirin aku? Gak usah dipikirin kan aku di sini. Gak jauh-jauh.”

 

“Bisa gak sih turunin tingkat kepercayaan dirimu?”

 

“Bisa gak sih turunin tingkat kebaperanmu? Kan aku cuma bercanda.”

 

“Bisa gak kurangin bercandanya?”

 

“Bisa gak kurangin marah-marahnya?”

 

“Lah kamu bikin aku kesel terus, gimana gak marah.”

Lihat selengkapnya