39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #10

On Track

Berbagai macam jalan sudah mereka lalui. Baik itu jalan sepi, jalan ramai, jalan licin, dan jalan sempit. Sekarang mereka akan melewati jalan terjal, berbatu, dan juga sedikit curam. Sebelum menaiki jaln itu, Zefan dan Arga berhenti. Arga spontan langsung mengambil tangan Keisha lalu meletakkannya di pinggangnya. Keisha langsung mengerti maksud Arga dan segera mengaitkan kedua tangannya agar lebih aman. Sedangkan Zefan menghembuskan napas panjang, lalu mendongak ke atas.

 

“Kenapa? Takut ya? Hahaha,” ledek Nindy pada Zefan.

 

“Aku sih kalau sendiri gak takut. Gara-gara bawa anak orang jadi takut.”

 

“Fan, hati-hati. Jangan sampai salah gigi.” ujar Arga yang kini sudah siap menaiki jalan terjal itu.

 

Suara deru motor Arga di depan membuat Zefan sedikit merinding melihatnya. Zefan kembali mengambil napas panjang dan mengeluarkannya. Ditambah sedikit menelan ludah sebab sedikit tegang. Suasana hening sejenak. Terlihat motor Arga sudah jauh di atas sana. Zefan masih memantaunya dan memikirkan strategi agar tak jatuh. Nindy juga sebenarnya sedikit takut.

 

“Yuk bisa yuk! Aku percaya sama kamu,” ujar Nindy sembari menepuk pundak Zefan mencoba menenangkan. Zefan tersenyum tipis.

 

Dengan sangat hati-hati Zefan menaiki jalan itu. Lelaki yang berjaket hitam itu terus menjaga keseimbangan. Saat ia sudah menguasai track kali ini. Dirinya kembali menjahili Nindy. Zefan melihat wajah Nindy yang sedikit ketakutan sembari terus berpegangan erat di belakang jok. Lelaki yang seringkali membuat Nindy kesal itu tiba-tiba mempercepat laju motornya.

 

“Zefan pelan-pelan!” teriak Nindy.

 

Bukannya menggubris ucapan Nindy, Zefan semakin beraksi. Ia terus mempercepat laju motornya lalu kini dia berdiri. Jalan yang berbatu dan berpasir membuat Nindy yang duduk di bagian belakang merasakan goncangan yang keras.

 

“ZEFAN!!!” teriak Nindy lagi sangat kesal dengan tingkah Zefan.

 

Untuk mengurangi rasa takutnya Nindy memejamkan matanya. Zefan terus melanjutkan aksi jahilnya sampai ia puas melihat wajah ketakutan Nindy. Sesekali Zefan melihat ekspresi wajah Nindy di spion. Ekspresi wajah ketakutan Nindy membuatnya terus semangat melakukan aksi jahil selanjutnya. Saat berada dalam kecepatan tinggi, tiba-tiba lewat seekor anjing yang ingin melalui jalan. Seketika Zefan langsung mengerem mendadak. Hal tersebut membuat badan Nindy terdorong ke depan dan melepaskan genggaman tangannya pada jok belakang. Secara reflek Nindy langsung memeluk pinggang Zefan.

Mata Zefan sedikit terbelala. Ia kaget karena baru kali ini ada wanita yang merangkul pinggangnya. Mata Nindy yang tadinya terpejam pun terbuka perlahan. Tangannya masih saling terkait merangkul pinggang Zefan. Ketika ia baru sadar dirinya merangkul Zefan ia langsung melepaskan tangannya dari pinggang lelaki yang menyebalkan itu.

 

“KENAPA NGEREM MENDADAK SIH?? KALAU TADI JUNGKEL GIMANA? UDAH DIBILANGIN DARI AWAL JANGAN NGEBUT-NGEBUT JUGA. INI JALANNYA TERJAL, BANYAK BATU KALAU KENAPA-KENAPA GIMANA?” teriak Nindy dengan wajah kesal.

 

“Jangan omelin aku dong! Omelin anjingnya tuh tadi lewat gak ngasih aba-aba, gak lambaikan tangan. Kan aku kaget.”

 

“Anjing,” gumam Nindy sembari melirik ke arah Zefan berniat meledek Zefan.

 

“Iya emang dasar anjing!” sahut Zefan, ia kira Nindy memarahi anjing itu.

 

Nindy hanya terdiam sembari masih menunjukkan ekspresi kesalnya.

 

“Habis ini pelan-pelan aja jalannya,” nasihat Nindy berusaha sabar melihat tingkah Zefan.

 

Zefan pun kini merasa bersalah lalu tak lagi melanjutkan aksi jahilnya. Kali ini ia menuruti perintah Nindy demi keselamatan bersama. Namun, bukan berarti Zefan berhenti menjahili Nindy. Dia hanya berusaha untuk mencari waktu dan tempat lain yang pas. Yang pastinya tidak membahayakan nyawa mereka berdua.

Lelaki dengan rambut yang sedikit ikal di bagian atas itu kembali melajukan motornya. Nindy kembali berpegangan di jok motor bagian belakang. Kali ini Zefan mengendarai motornya dengan normal. Tidak terlalu pelan, tidak juga terlalu cepat. Dirinya berusaha menyusul Arga yang sudah jauh di depan sana.

 Jalan yang berkelok-kelok masih menyertai mereka. Kali ini jalannya sangat curam, menanjak tinggi di sertai oleh batuan dan pasir. Arga dan Zefan sama-sama menghentikan motornya. Arga kembali memberikan arahan pada Zefan.

 

“Jangan sampai berhenti ya, Fan. Pokoknya gas terus aja, tapi juga jangan kenceng-kenceng. Jaga-jaga pegang rem juga. Jangan sampai rem mendadak, bahaya,” jelas Arga pada Zefan yang membuat Zefan kembali menarik napas dalam-dalam.

Lihat selengkapnya