39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #19

Deep Talk Nindy

Permainan dilanjutkan, kini giliran Nindy. Arga melemparkan koin lalu terlihat angka di sana. Ya, mau tak mau Nindy harus mengambil kartu truth. Nindy mendapatkan pertanyaan “Apa kesedihan terdalam yang kamu rasakan?” sebelum menjawab pertanyaan itu Nindy menghela napasnya sejenak. Matanya memandangi sekitar sebentar.

 

“Gimana, Nin? Kalau ngejawab ini ngebuat kamu sedih lagi mending gak usah.”

 

“Gapapa mas biar sekalian sedih aja. Lagian ini kan hari terakhir kita ketemu dan aku belum cerita banyak ke kalian.”

 

“Oke kalau kamu gak keberatan.”

 

“Kesedihan terdalam yang aku rasain itu tahun ini. Aku harus kehilangan orang yang paling aku sayang dan kehilangan mimpi aku yang aku mau. Dua kejadian itu sama-sama terjadi tahun ini,” jawab Nindy sembari menunduk dan tersenyum tipis.

 

“Apa maksud dari orang yang paling kamu sayang itu ibumu?” tanya Arga.

 

“Yup. Five months ago my mom is passed away.

 

“Turut berduka cita ya, Nin,” ucap Arga, Zefan juga mengatakan hal sama dan Keisha juga menunjukkan dukanya dengan merangkul Nindy dan mengelus pundaknya sejenak.

 

“Makasih,” sahut Nindy, suasana hening sejenak. Pandangan Nindy sesekali menatap langit lalu ia kembali melanjutkan ceritanya, “Dulu, mama aku itu psikolog yang dikenal akan profesionalitasnya dalam pekerjaan. Dia selalu beri yang terbaik untuk setiap pasiennya. Gak cuma ke pasiennya sih, tapi ke semua orang yang butuh pertolongan. Kadang kalau gak praktik, mamaku suka terjun ke jalan buat bagi-bagi sesuatu ke orang yang maaf “Mentalnya terganggu” atau ajak aku ke rumah pemulihan jiwa punya mamaku. Biasanya tuh kan kalau kita lihat orang yang mentalnya terganggu di jalan pasti takut dan ngejauh ya? Tapi ntah kenapa mamaku engga. Simpati dan empatinya tinggi banget sama semua orang,” ungkap Nindy sembari memandangi wajah mereka satu persatu, tanpa sadar air mata jatuh di pipi Nindy, “Aduh baru aja mulai udah nangis,” ucap Nindy sembari mengusap air matanya.

 

Melihat Nindy menangis, Keisha yang berada di sebelahnya spontan kembali merangkul erat Nindy dengan satu tangan dan mengelus pundaknya. Nindy masih terus mengusap air mata yang ke luar dari matanya. Zefan dan Arga memandang wajah Nindy, ekspresi mereka terlihat ikut bersedih. Nindy pun kembali melanjutkan ceritanya.

 

“Ini terdengar aneh banget sih dan lucu mungkin ya? Waktu aku ulang tahun ke 17 tahun, selain pesta di rumah sama temen-temen, keluarga, dan anak yatim. Aku juga ngrayain pestanya di rumah pemulihan jiwa milik mama aku. Awalnya aku bingung sih kenapa harus dirayain di situ. Aku tanya sama mama aku tentang alasannya ngrayain ultahku di tempat itu. Jawabannya ngebuat aku makin yakin kalau aku bakal ngikutin jejak mamaku.”

Lihat selengkapnya