“Aduh bisa di-pause dulu gak ya? Tiba-tiba kebelet ni,” cetus Arga mencoba menghentikan permainan sejenak sembari memegang perutnya.
“Ah Mas Arga, suasana lagi tegang gini kok bisa sih kebelet,” gubris Zefan.
“Maaf namanya aja panggilan dadakan, Fan. Aduh bentar ya?” Arga langsung berlari menuju ke kamar mandi.
“Yahh Mas Arga,” keluh Nindy sembari mengusap pipinya yang terkena air matanya tadi.
“Lanjut aja kali ya? Kalau nunggu Mas Arga keburu malem ntar,” usul Zefan.
“Oke deh, nanti Mas Arga ceritain lagi aja kalau kepingin tahu.”
Zefan pun mengangguk dan setelah itu ia langsung melempar koin, lalu terlihat angka lagi di sana. Keisha mendapatkan truth. Ia mengambil acak kartu yang berada di depannya lalu terpilihlah pertanyaan “Apa masalah terbesar di hidupmu?”
“Apa tuh Nin pertanyaannya?”
“Masalah terbesar di hidupnya,” jawab Nindy setelah membaca kartu Keisha.
“Cocok nih buat dia yang kemarin-kemarin sempet mau bunuh diri.”
“Ssttt ….”
“Kan gak denger.”
“Udah diem!”
“Iya.”
Keisha masih terdiam lalu mengaitkan kedua tangannya sembari menunduk. Wajahnya terlihat sedikit panik dan sedih. Nindy yang melihatnya seketika langsung menenangkan dengan memegang tangannya dan mengelusnya perlahan. Keisha menatapnya, Nindy langsung berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
“Kalau kamu gak mau cerita gapapa kok. Gak usah dipaksa ya? Tapi kalau misal kamu cerita, kamu bisa lebih lega dan mungkin kita bisa bantu masalah kamu.”
Keisha masih menatap Nindy, lalu seketika Keisha beranjak dari duduknya. Ia berdiri lalu berjalan menuju ke tenda untuk mengambil sesuatu. Keisha kembali dengan membawa sebuah buku kecil di tangannya. Saat mendekati Nindy, ia langsung memberikan buku itu. Nindy sontak langsung menerimanya.
“Boleh aku buka?” tanya Nindy pada Keisha dengan bahasa isyarat.