39 Kilomature

Adira Putri Aliffa
Chapter #25

Hujan Lebat

“Lagian juga pasti bakal lama kalau nunggu reda Nin. Ini hujan bakal awet,” sambung Zefan lagi memperkuat alasan sebelumnya.

 

“Yaudah nurut,” ujar Nindy yang akhirnya menyetujui.

 

“Yuk buruan!” ajak Arga segera menaiki motor. Keisha pun tiba-tiba langsung naik di belakangnya.

 

Hal tersebut membuat Nindy mengurungkan niat untuk bersama Arga. Mau tak mau ia harus membonceng Zefan kembali. Zefan langsung memberikan helm pada Nindy dengan tatapan heran karena seperti ada yang berbeda darinya setelah Zefan mengungkapkan perasaannya. Motor berhasil dinyalakan, tanpa ragu mereka langsung menancapkan gas. Lalu melajukan motor masing-masing. Arga berada di posisi depan kembali memimpin.

 

“Pelan-pelan,” ujar Nindy mengingatkan Zefan dengan suara lembut.

 

“Nin? Tumben ngasih tahunya lembut?” tanya Zefan penasaran dan sedikit heran, “Gak sambil ngomel?” sambungnya bertanya lagi.

 

“Lagi gak mood aja,” gubris Nindy yang lagi-lagi dengan suara lembut.

 

Zefan tiba-tiba menghentikan motornya, “Nin,” panggil Zefan sembari membenarkan kaca spion untuk memandang wajah Nindy.

 

“Hm?”

 

“Lupain aja kata-kataku tadi kalau bikin kamu jadi berubah kayak gini. Gak usah dipikiran kalau emang ngebebanin. Santai aja,” ujar Zefan sembari menatap Nindy dari kaca spion.

 

Nindy memandang Zefan juga, tetapi tak ada respon apa-apa darinya. Perempuan yang dibonceng Zefan itu hanya terdiam lalu mengalihkan pemandangan menatap sekitar. Zefan pun menjadi sedikit canggung. Kenapa setelah mengungkapkan perasaan kepada dia yang ntah hatinya untuk siapa selalu muncul jarak di tengahnya?

 

“Nin?”

 

“Iya aku denger.”

 

Setelah mendengar respon Nindy, Zefan kembali menghidupkan motornya, tetapi masih memasang ekspresi canggung dan merasa tak enak. Ia kembali mengendarai motornya sembari sesekali melihat kaca spion untuk memastikan bahwa Nindy baik-baik saja. Terlihat ekspresi wajah yang sulit ditebak di sana. Zefan merasa bersalah dan bingung karena telah mengungkapkan perasaannya tadi. Seharusnya ia harus bisa menahan dulu untuk sementara waktu, ini terlalu cepat juga mungkin mengagetkan untuk Nindy.

Namun, mau bagaimana lagi? Perasaan seringkali sulit untuk dikendalikan. Menahannya terlalu lama nanti bisa menyiksa, tetapi jika salah waktu dan tempat untuk mengungkapnya bisa ciptakan jarak yang tiba-tiba. Benar-benar rumit, kenapa manusia harus jatuh cinta? Dan kenapa harus di waktu yang secepat ini? Dan kenapa harus dengan dia yang berbeda keyakinan? Apa jika seiman kesempatan untuk memilikinya akan terbuka lebar? Zefan tak tahu ini salah rasa, salah dirinya, atau salah siapa?

Pikiran Zefan sulit dideskripsikan, begitupun perasaan Nindy yang tak karuan. Keduanya sama-sama sedang bertarung dengan pikiran dan perasaannya masing-masing. Riuhnya jalan tak mereka pedulikan. Keheningan kembali datang. Padahal sebelum ini semua terlihat baik-baik saja dan menyenangkan.

Hujan semakin mengguyur dengan deras. Ditambah lagi adanya kabut yang tiba-tiba datang. Hal tersebut membuat pandangan terasa sedikit kabur. Dengan sangat hati-hati Zefan dan Arga mengendarai motor. Nindy terlihat kedinginan di belakang.

Lihat selengkapnya