Mobil Pak Agung sudah berjalan diikuti oleh motor papa Keisha. saat mobil itu sudah cukup jauh pergi. Pengemis yang tadi melihat kejadian pertengkaran mereka tiba-tiba kembali.
“Bagus banget acting kalian! cocok dadi aktor lan aktris iki!”
“Pak, tolong bukain dulu ini talinya.”
“Oke oke mbak.”
“Pinter juga kita ya, Fan memunculkan air mata buaya,” ucap Nindy sembari mengusap air matanya.
“Seriusan temen saya aman kan pak? Saya khawatir.”
“Aman mbak. Mbak tadi juga pinter ngulur waktunya. Jadi ngepasin papa mbak udah nunggu di depan sana terus tim-tim yang ada di belakang pas dateng langsung ngikutin mereka.”
“Syukur deh. Tadinya saya khawatir bakal gagal dan papa belum sampai.”
“Fan. Kamu gapapa? Aku obatin dulu bentar.”
“Mbak mbak mending obatinnya di mobil saja. Kita segera susul mobil tadi. Itu saya bawa mobil di sana.”
“Oke pak.”
“Pengemis naik mobil. Ngeri tenan pak.”
“Piye mau aktingku apik to?”
“Apik tenan pak wes cocok dadi pengemis.”
“Heh maksudmu opo cocok dadi pengemis?”
“Maksudnya bagus gitu mendalami peran. Hebat!”
“Argh wes ayo ndang mlebu mobil.”
“Siap pak bos pengemis!”
“Supir papamu kocak juga.”
Mereka pun segera masuk ke dalam mobil supir papa Keisha untuk mengikuti jalannya mobil yang membawa Keisha pergi. Saat berada di mobil Zefan merasa sedikit lemas sebab berkali-kali ia mendapat pukulan. Tubuhnya menyandar di kursi sembari sesekali meringis kesakitan. Nindy masih berupaya mencari sesuatu untuk mengobati luka Zefan.
“Kamu ada handuk kecil gak?”
“Ada di tas.”
“Sebelah mana?”
“Depan sendiri.”
“Oke.” sahut Nindy langsung mencari keberadaan handuk milik Zefan.
Kini handuk Zefan berada ditangan Nindy.
“Ini handuk bersih kan?”
“Iya itu belum aku pake sama sekali.”
“Oke.”
Nindy melihat sekitar lalu ia temui sebuah minuman cup yang berisi es batu di sana. Senyuman terukir di bibir Nindy.
“Pak Aryo minta es batunya dong.”
“Ehh tapi seh utuh isinya mbak.”
“Yaudah minum dulu habisin.”
“Gak isa ini kan aku seng nyetir.”
“Yaudah pak biar saya yang habisin.” Sahut Zefan.
“Iya pak biar dia aja. Nanti kita beli lagi.”
“Loh loh aku yo ngelak iki.”
“Lebih haus an saya pak, tadi saya berantem. Bapak ngapain?”
“Ehhmm iyo juga. Yowes yowes.”
Nindy langsung mengambil minuman cup itu dan memberikannya pada Zefan. Tiba-tiba Nindy spontan langsung mengarahkan minuman itu kea rah mulut Zefan.