“Beneran?”
“Iya maaf.”
Keduanya saling bertatapan.
“Aku bakal maafin kamu, tapi ada syarat.”
“Apa?”
“Kamu janji gak bakal galak-galak lagi.”
“Oke, tapi kalau kamu ngeselin aku bakal galak.”
“Tuh kan galak.”
“Iya maaf.”
“Bagus. Lucu juga kamu kalau minta maaf ya?”
“Kalau sama pas lagi galak?”
“Sama-sama lucu sih. Gemes.”
“Bisa aja.”
“Hahaha.”
“Udah dimaafin nih?”
“Iya udah.”
“Mau beneran pulang?”
“Emm gak jadi deh, di sini lebih indah pemandangannya daripada di rumah.”
“Pemandangan apa? Lampu?”
“Gak.”
“Motor? langit?”
“Ini loh ini. Yang ada di depan aku sekarang.”
“Tuh kan mulai. Kamu tuh makan gula sehari berapa sendok? Manis banget omonganmu.”
“Hahaha.”
Saat Nindy masih berdiri dan bercengkrema dengan Zefan. Tiba-tiba Keisha ke luar menghampiri mereka sembari membawa satu gelas kopi.
“Oh iya sampai lupa kan sama kopi pesenanku. Makasih ya Sha,” ucap Zefan sembari mengambil kopi itu dari tangan Keisha.
“Sejak kapan kamu pesen kopi? Tadi langsung pergi gitu aja,” ujar Nindy dengan penasaran dan heran.
“Ini tuh aku pesen buat kamu,” sahut Zefan sembari memberikan gelas itu kepada Nindy. Namun, Nindy belum ingin menerimanya karena sedikit curiga.
“Kenapa buat aku?” tanya Nindy lagi-lagi sembari memasang ekspresi wajah heran.
“Suka kopi kan?” Zefan memastikan.
“Iya tapi kan aku bisa beli sendiri. Oh apa jangan-jangan kamu taruh racun ya di sini? Atau narkoba?” celetuk Nindy semakin heran dan memasang wajah curiga.
“Mikirmu kok sampai situ sih? Aku aja gak ada loh pikiran sampai ke sana.”
“Kamu aneh sih.”
“Udah jangan bawel deh, nih,” ujar Zefan sembari memberikan kopi itu kepada Nindy. Seketika Nindy menatap Zefan untuk memastikan bahwa Zefan tak memasukkan apa-apa ke dalam minumannya. Setelah berpikir selama beberapa detik, Nindy pun menerimanya. Namun, sebelum meminum secara tak sengaja Nindy membaca kalimat yang tertulis di luar gelas. Di sana tertulis
I love you. Wbu? Wajah Nindy langsung memerah dan tak menyangka. Ia merasa sedikit salah tingkah. Ia tak tahu harus berbuat apa setelah ini. Untuk kedua kalinya Zefan menyatakan perasaan kepadanya. Setelah mengetahui Nindy sudah membaca tulisan itu, Zefan memastikan sembari tersenyum ke arah Nindy.