Demi apalah berkelahi di pagi-pagi buta begini. Apalagi lawan kami tidak sedikit. Aku berani bilang...Raffi benar-benar bodoh hari ini. Entah kesambet apa tu anak sampai kepancing sama tingkah Tara.
"Gua gak terima diginiin. Lo, ikut gua!" Kata Tara.
Tara menantang Raffi. Aku sempat menarik lengan baju anak itu tapi tarikan tangan Tara di kerah bajunya jauh lebih kuat.
Alhasil Raffi pun dirundung oleh geng Tara sepanjang jalan. Mereka menggoda, memaki, dan menertawakan kami hingga pada titik dimana aku benar-benar menyesal telah memilih sekolah ini.
"Hajar dia Tar!"
"Hajar! Jangan kasih kendor!"
"Gua kasih lu 50.000 kalau berani pukul mukanya!" Kata Niko.
"Heh, gila lo! Gimana kalau dia kabur terus lapor ke polisi? Gak mau ah!" Tara melambaikan tangan tanda tidak suka dengan tawaran Niko.
Padahal anak ini dulunya berjalan bersama kami. Tara dulu bagian dari sirkel kami, entah kenapa setelah ibunya meninggal dia jadi liar seperti ini.
"Jangan kalah Raf! Ingat, lu pernah belajar Taekwondo pas SD! Gulat pas SMP dan Kendo pas SMA!"
Reza Maulana, yang paling dekat dengan Raffi sejak SD buka suara. Jujur, aku baru tahu Raffi itu rajin ikut ekstrakurikuler bela diri.
Aku menyenggol Fahmi, "Harus kita pisahin gak sih? Kalau si Tara menang Raffi akan babak belur, kalau pun Raffi menang, dia tetap babak belur di hajar Niko." Kataku khawatir.
"Raffi tidak akan kalah. Kita akan bantu dia kalau Niko ikut campur. Lu siap kan?"
Aku mengangguk walaupun sebenarnya sedikit takut. Sejujurnya hanya Tara dan Niko yang berhasil membuatku ketakutan di geng itu, yang lainnya hanya pemuda biasa. Aku yakin bisa menang melawan 2 dari mereka.
Raffi dan Tara saling berhadapan di tengah lapangan. Anak-anak lain yang melihat mereka bersiap berkelahi mengira mereka sedang syuting, sebab tidak ada yang berani berkelahi di tengah lapangan. Bahkan Niko yang terkenal pemberani saja tidak pernah melancarkan aksi perundungannya di bawah sinar matahari langsung.
Raffi memasang kuda-kuda. Aku tahu Tara itu pernah ikut latihan tinju jadi Raffi mungkin dalam bahaya besar.
Sebelumnya aku bisa memukul Tara karena saat itu dia sedang mabuk.
Tinju Tara lewat di samping wajah Raffi. Dilanjutkan dengan jab tangan kanan yang juga membentur udara kosong.
Raffi mencengkeram lengan jaket Tara, memutar badannya sekuat tenaga hingga posisinya pas untuk melakukan bantingan.
Dalam satu tarikan nafas, Tara terbanting ke semen, aku lihat pinggangnya menghantam semen dengan keras.
"Bangun lu!"
Buset si Raffi. Jago juga dia. Kalau aku masih bisa menonton dengan tenang, lain dengan Maulana dan Fahmi yang sudah bersorak dari tadi.