40 hari salatku tak diterima karena khamar

After Future
Chapter #13

Bab 13 - Musuh Baru Tara

Aku masih gak habis pikir sama Raffi. Bisa-bisanya seorang nolep kayak dia memiliki skill bertarung sebagus itu.

Mungkin inilah yang disebut 'jangan nilai buku dari sampulnya'.

Aku, Maulana, Raffi, dan Fahmi sedang dalam perjalanan ke gedung latihan bela diri.

Kami bertiga mengantar sedang Raffi. Sekaligus juga menemani anak pemalu ini bertemu fans dadakannya.

"Jangan tegang Fi. Nanti wibawamu turun." Kata Fahmi, yang paling bijak diantara kami berempat.

Raffi hanya mengangguk. Anak ini jadi sangat pendiam saat gugup.

Melihatnya aku jadi enggak tega, dan karenanya aku memutuskan untuk membelikannya pentol sebelum masuk ke gedung olahraga.

Sementara Maulana dan Fahmi, aku merasa tidak enak karena tidak bisa mentraktir mereka.

Fahmi bilang padaku, "Enggak apa. Lagian kami lebih kaya darimu." Katanya sambil mengedipkan sebelah mata dan menyalakan sebatang rokok.

Setelah puas makan gorengan dan bercanda, kami pun memasuki gedung olahraga.

Hal yang tidak terbayangkan olehku adalah, perempuan kasar kemarin menyambut kami dengan sangat ramah.

Saat itu kami menatap iri kepada Raffi yang dengan santainya digandeng oleh perempuan kasar tadi.

"Kalian mau ikut ke dalam? Kalau enggak Raffi aja yang masuk bareng gue."

Spontan aku dan Maulana menjawab, "Ikut." Sementara Fahmi hanya mengangguk pelan.

Di dalam perhatianku terus tertuju pada Raffi yang lengannya dipeluk oleh Tika (Nama samaran).

Kami melewati beberapa lapangan bulu tangkis sebelum sampai di pinggir sebuah arena. Di sebelah arena itulah Raffi akhirnya menarik tangannya dari pelukan Tika karena malu dilihat banyak orang yang dikenalnya.

Tara.

Raffi dan Tara bertemu lagi.

Kalau Tara ada disini berarti dia masih latihan bela diri.

"Lu lagi!" Tara melompat dari tribun penonton yang rendah ke hadapin Raffi dan Tika.

"Jangan sentuh dia! Dia kawan gue!" Kata Tika melindungi Raffi.

"Hah? Sejak kapan lu temenan sama gebg culun ini?" Tara berkata lagi.

Kata-katanya memang menyakitkan, bahkan Maulana sudah hampir maju tadi. Untung dia masih bisa mengontrol emosinya.

"Tika mau berteman dengan siapa itu terserah dia. Apa urusannya denganmu Tara?"

Raffi tiba-tiba maju dan melindungi Tika. Aku yakin anak ini sudah jatuh cinta padanya.

"Heh culun. Lu gak tau siapa kakaknya. Kalau lu mau dapetin adeknya, lu harus ngalahin kita terus kalahin bapaknya!"

Raffi membalas, "Persyaratan macam apa itu? Kenapa harus dengan tinju? Aku tidak menyukai Tika. Aku hanya tidak suka kau memarahinya."

Lihat selengkapnya