"Kayum, mau sampai kapan kamu bersembunyi di dalam kamar? Ayo keluar!"
Ibu memanggil tapi tidak kuhiraukan.
"Kayum, keluar nak. Mbak Lotus mencari kamu.."
Enggak, bapak bohong.
Bahkan sampai adik dan sepupuku turun tangan, aku masih mengunci diri di dalam kamar.
Sebenarnya tidak ada alasan khusus aku melakukan ini. Aku hanya sedang mencoba metode Jessica Method yang sedang trend di sekolah kami.
Gara-gara keluargaku tidak bisa tenang aku jadi tidak bisa berkonsentrasi dan hanya bisa membayangkan sosok teman khayalanku sirna terus menerus.
Setelah gagal 4x aku pun memutuskan untuk menyerah dan membuka pintu kamarz tempat aku disambut oleh tamparan hangat dari ibu yang marah karena sayur lodeh bagianku dingin.
"Ngapain aja kamu di dalam hah?!"
Aku menatap ibu sekilas. Hanya sebentar saja, mataku hanya menatap dalam hitungan mili second sebelum kembali melirik ke samping, ke foto almarhumah nenek yang meninggal 12 tahun yang lalu.
Ibu menggenggam wajahku, memaksa mataku menatap matanya.
"Kamu dengar tidak yang ibu katakan?" Tanya ibu. Suara ibu terdengar dalam dan penuh penekanan.
Aku mengangguk. Aku tidak berani sama ibu.
Bapak, adik, dan sepupuku hanya melihat aku diperlakukan kasar oleh ibu. Orang-orang di rumah ini sudah terbiasa dengan kelakuan ibuku yang pemarah ini.
Singkat cerita, aku makan sayur lodeh yang mulai dingin dan sedikit tidak enak. Aku heran. Tidak biasanya ibu memasak sayur lodeh setawar ini. Apa tangan ibu sedang luka?
Karena khawatir, aku langsung mendatangi ibu yang sedang mencuci baju di dapur. Aku perhatikan tangan ibu dari jauh. Ternyata benar ada plester luka di salah satu jari telunjuk ibu.
Kalau kalian penasaran apa hubungannya luka di jari ibu dengan rasa masakan yang hambar, hubungannya sangat jelas.