40 hari salatku tak diterima karena khamar

After Future
Chapter #33

Bab 32 - Melangkah Maju

Aku yakin saldo tabungan cukup untuk melunasi utangku pada Dina. Dengan nada yakin, aku berkata, “Aku bayar akhir bulan nanti.” Dina hanya mengangguk pelan sebelum kami berpisah.

“Siapa yang mau ikut aku mengunjungi perusahaan itu?” tanyaku pada teman-teman.

Raffi langsung mengangkat tangan dengan semangat yang hampir berlebihan. “Aku! Aku bosan ngurusin Grup Pemberantas Perundung terus-menerus,” ucapnya santai namun acuh.

Yang mengejutkan, Maulana juga menyatakan kesediaannya. Alasannya membuatku tercengang. “Aku mau lihat-lihat perusahaan itu. Siapa tahu mereka buka lowongan kerja.”

Aku menoleh ke arah Fahmi yang hanya menggeleng pelan. “Aku nggak bisa ikut. Jadwal les bahasa Koreaku penuh hari ini,” jawabnya sambil tersenyum maaf.

Aku mengangguk paham. Akhirnya hanya Raffi dan Maulana yang menemani perjalanan kali ini.

Matahari tepat di atas kepala saat kami berangkat pukul satu siang. Udara begitu terik hingga aspal jalanan seperti berkilauan, memantulkan cahaya yang menyilaukan mata. Perjalanan panjang sejauh 30 kilometer ini diwarnai beberapa perhentian. Kami sempat membantu pengendara yang mengalami kecelakaan kecil dan mampir sebentar untuk mengisi bensin.

Satu jam kemudian, aku akhirnya menemukan lokasi perusahaan yang dicari. Sambil menahan gerah, aku menelepon Raffi. “Aku sudah sampai. Ini tempatnya!”

Raffi dan Maulana, yang berboncengan motor, tiba tak lama kemudian. Maulana mengeluh sambil menyeka keringat di dahinya. “Ini semua gara-gara Dina. Masa alamat yang dia kasih nggak akurat begini?”

“Dia nggak salah,” balas Raffi tegas. “Dina nggak pernah kasih info yang meleset. Aku yakin perusahaan ini sempat pindah lokasi, makanya kita susah nyarinya.”

“Wih, Raffi kok protektif banget, ya? Jangan-jangan ada rasa sama Dina!” goda Maulana sambil menyengir.

Lihat selengkapnya