"Yang benar saja! Kami harus berganti pakaian sebelum masuk? Perusahaan macam apa ini sebenarnya?!"
Keluhan Raffi menggema di area pintu masuk yang sunyi. Peraturan ini benar-benar mulai menguji kesabaran kami. Sudah cukup aneh dengan permintaan menitipkan ponsel dan KTP, sekarang kami diminta mengenakan pakaian khusus.
Penjaga bertubuh kekar itu hanya menatap tanpa ekspresi, seolah mempertanyakan mengapa kami begitu banyak protes. Aku menatap bangunan besar di hadapan kami. Meski tampak megah dan futuristik, tempat ini jelas bukan pabrik kimia atau lokasi dengan risiko tinggi lainnya. Aku pernah mengunjungi pabrik bahan kimia dalam proyek kuliah, dan fasilitasnya sangat berbeda.
Raffi, yang sepertinya sudah berada di puncak kejengkelan, mendekati salah satu penjaga. "Kalau kami ganti baju, kalian tidak akan menghentikan kami lagi, kan?" tanyanya dengan nada datar.
Penjaga itu mengangguk pelan.
Aku menarik napas panjang, mencoba mengendalikan suasana. "Sudahlah, kita ikuti saja aturannya. Kita sudah sejauh ini. Jangan sampai usaha kita sia-sia," bujukku.
Setelah perdebatan kecil, akhirnya Maulana dan Raffi setuju. Kami diantar ke sebuah ruang ganti steril yang tampak seperti fasilitas laboratorium. Baju khusus yang diberikan berupa setelan serba putih dengan logo perusahaan di bagian dada. Setelah berganti pakaian, kami diarahkan masuk lebih dalam ke dalam bangunan.
---