Bab 42: Kisah di Balik Kepergian Fahmi
Fahmi selalu dikenal sebagai sosok yang ramah, mudah bergaul, dan tidak pernah sombong meskipun berasal dari keluarga yang sangat kaya. Namun, di balik senyumnya yang hangat, ada cerita panjang yang jarang dia bagi kepada siapa pun, bahkan kepada kami, sahabat-sahabat terdekatnya.
Keluarga Fahmi tidak selalu berada di posisi seperti sekarang. Ayahnya, Pak Sudarto, adalah seorang pebisnis yang memulai segalanya dari nol. Dulu, mereka tinggal di rumah kecil di pinggiran kota, dengan ekonomi yang serba pas-pasan. Pak Sudarto membuka sebuah warung kelontong sederhana, menjual kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, dan sabun. Namun, usaha itu tidak bertahan lama.
"Saat itu, ayahku sering bercerita tentang bagaimana dia merasa seperti melawan dunia," Fahmi pernah berkata suatu hari ketika kami sedang duduk di bawah pohon besar di lapangan sekolah.
Bisnis pertama ayah Fahmi tidak hanya gagal, tapi juga menjadi awal dari serangkaian cobaan berat bagi keluarganya. Orang-orang iri mulai melancarkan serangan dengan cara-cara yang tidak masuk akal. Ada kabar bahwa warung mereka disantet, sehingga pelanggan tiba-tiba berhenti datang. Bahkan, beberapa tetangga bercerita bahwa mereka sering mendengar suara-suara aneh di malam hari dari arah warung tersebut.
"Ibuku bahkan pernah menemukan benda aneh yang dikubur di depan rumah kami. Ayah menyebutnya... 'Benda Kotor dari Musuh.' Tapi dia tidak pernah menunjukkan ketakutan. Dia hanya berkata, 'Kita tidak akan kalah dari hal seperti ini,'" Fahmi melanjutkan ceritanya.
Namun, usaha ayahnya terus merosot hingga akhirnya harus ditutup. Keluarga mereka hidup dari utang untuk beberapa waktu, dengan hanya sedikit harapan di depan mata. Di tengah keputusasaan, Pak Sudarto mendengar tentang sebuah permainan aneh yang diadakan oleh seorang Crazy Rich di Singapura. Permainan itu dilangsungkan secara daring dan disebut-sebut sebagai 'lotre intelektual,' di mana para peserta harus menjawab serangkaian teka-teki dan tantangan bisnis untuk memenangkan hadiah besar.
"Ayahku hampir tidak percaya pada awalnya," Fahmi menjelaskan. "Tapi dia tidak punya apa-apa lagi untuk kehilangan. Jadi, dia meminjam uang dari seorang teman untuk bertahan hidup selama sebulan ke depan dan mengadu peruntungannya di permainan yang menghabiskan banyak kuota internet itu.
Permainan itu ternyata lebih dari sekadar lotre biasa. Para peserta harus menunjukkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah bisnis yang rumit, dengan batas waktu yang ketat. Dari ratusan peserta, hanya sepuluh orang yang berhasil masuk ke babak akhir, dan Pak Sudarto adalah salah satunya.
Ayah bilang, itu adalah momen paling menegangkan dalam hidupnya," terang Fahmi. "Dia harus mempresentasikan rencana bisnis terbaik yang pernah dia pikirkan di depan para investor kaya, termasuk pengusaha yang mengadakan permainan itu. Dan... dia menang. Aku hanya menceritakan garis besarnya. Ayah tidak pernah menceritakan tentang permainan itu secara mendetail."
Hadiah utama dari permainan itu adalah modal usaha sebesar satu miliar rupiahâjumlah yang sangat besar di masa itu. Dengan uang itu, Pak Sudarto membuka bisnis baru di bidang distribusi bahan makanan, sesuatu yang dia tahu memiliki potensi besar di pasaran.
Namun, kemenangan itu tidak datang tanpa pengorbanan. Pak Sudarto harus bekerja siang malam untuk membangun bisnisnya dari nol, sering kali mengorbankan waktu bersama keluarga. Ada saat-saat ketika Fahmi kecil hanya bisa melihat ayahnya lewat pintu kamar kerja, terlalu sibuk untuk berbicara atau bermain dengannya.