40 hari salatku tak diterima karena khamar

After Future
Chapter #48

Bab 47 - Lagi-lagi Dikalahkan!

Tibalah giliran Raffi untuk beraksi di pertandingan tenis. Hal pertama yang dia lakukan saat memasuki lapangan adalah, berdoa.

"Doakan Kanda supaya menang ya, Adinda."

Cara Raffi memanggil Tika benar-benar membuatku ingin muntah. Apalagi Tika membalas dengan menyebut Raffi 'Kakanda'. Lebih baik aku pura-pura tidak mendengar saja daripada harus memproses dialog absurd itu.

Pertandingan tenis dilangsungkan di lapangan yang cukup jauh dari lapangan bola kemarin. Karena lapangan ini berbayar, kedua grup pun sepakat untuk patungan.

Lawan Raffi kali ini tidak main-main. Dia adalah atlet tenis terbaik di kampus kami, dikenal dengan gerakannya yang lincah dan pukulan servicenya yang mematikan. Namun, ada satu hal lagi yang membuat semua orang memperhatikannya.

"Aku baru tahu kalau dia adik kelas kita. Ya ampun, Shera memang adik kelas yang benar-benar... mencolok," kata Maulana sambil menyeringai.

Aku tahu ke mana arah pembicaraannya. "Jaga mulutmu. Jangan sampai dia mendengar ocehan bodoh itu."

"Dih, aku cuma bilang yang sebenarnya, dan juga, ini pujian," balas Maulana tanpa dosa.

Raffi mendapatkan kesempatan untuk memukul bola pertama. Dia terlihat serius, memasang posisi seperti atlet profesional. Tapi entah bagaimana, ayunannya terlalu kencang—dan bola itu malah terbang langsung mengenai kepala Shera!

Buk!

"Aduh! Apa-apaan ini?!" Shera berteriak sambil memegangi kepalanya yang kini dihiasi bekas merah bulat sempurna.

"Maaf! Maaf! Aku tidak sengaja!" Raffi panik, tapi justru dia malah melangkah terlalu cepat ke depan, tersandung tali sepatu sendiri, dan jatuh terkapar.

Aku tidak tahu mana yang lebih memalukan: Shera yang hampir menangis atau Raffi yang sekarang merangkak sambil memungut raketnya.

"Hah, kau ini atlet atau badut sih?" sindir Maulana di sela-sela tawanya.

"Jangan ejek perempuan itu, Lan. Aku dengar dari adik kelas, dia lumayan cengeng," balasku, tapi aku sendiri tidak bisa menahan senyum melihat kekacauan ini.

Shera kembali ke posisinya setelah diyakinkan oleh teman-temannya. Pertandingan dilanjutkan. Namun, bukannya bermain serius, Raffi malah mengabaikan keselamatan dan memukul sekencang yang dia bisa.

"Raf! Kau mau main basket atau mau tawuran?" teriakku. Tapi tentu saja, dia tidak mendengarkan, "Kalau bola itu kena kepalamu, tentu akan berdarah!"

BAK!

Lihat selengkapnya