40 Hari Terakhir

Nandreans
Chapter #2

Pasangan

“Lo baik-baik saja, kan?”

Leon yang baru datang terkejut karena begitu dia membuka pintu rekan-rekan kerjanya langsung menanyai kabarnya. Sesuatu yang tentu sangat janggal, mengingat pekerjaan Leon memang mengantarkan pesanan ayam goreng, pun dia juga baru saja mengantarkan makanan di gang depan, tidak terlalu jauh. Tidak mungkin Mas Arif, pelanggan mereka, menahannya di dalam warnet. “Ada apa sih?”

“Barusan ada kecelakaan.” Ida memberi penjelasan tanpa meninggalkan pekerjaannya mengelap meja.

“Kamu khawatir lo kenapa-kenapa,” Mas Yunus, kakak ipar Leon sekaligus pemilik kedai ayam goreng keluar dari dapur sambil membawa piring berisi ayam goreng. “Apalagi barusan di berita, katanya, ini kecelakaan beruntun. Kan nggak lucu kalau mau ngantar ayam geprek, eh malah lo yang kena geprek. Kalian cobain deh, ini gue coba bikin menu baru. Ayam Lava Semeru.”

“Sadis amat.” Ida melemparkan lap ke atas meja, lalu berjalan ke wastafel untuk mencuci piring, yang langsung disusul oleh Yoga dan Leon. Namun, sebelum mencicipi menu buatan bosnya, ketiga karyawan itu saling berpandangan, menatap ragu satu sama lain.

“Kenapa? Kok diam saja?”

“Ini serius bisa dimakan?” Yoga menatap penuh keraguan. “Kok ada taburan …, ini apa? Kayak pasir.”

“Debu vulkanik.” Jawaban santai Yunus bukannya menenangkan malah membuat ketiga karyawannya melotot. “Tenang, itu dari rempah-rempah. Kan gue bilang, itu Ayam Lawa Semeru. Namanya gunung kan pasti ada abu vulkaniknya. Jadi, anggap saja hitam-hitam itu abu vulkanik.”

“Kita ngerti, Mas Yunus. Nggak usah diperjelas.”

“Kalau begitu bagus, Da! Silakan dicoba. Kalau enak bilang lho ya.”

“Kalau nggak enak?”

“Pasti enak, Leon. Percaya sama Abang.”

“Mas Yunus sudah coba?” Yoga yang hendak mencomot satu kembali urung, dia hanya menoel Bubuk Lawa menggunakan ujung jari, lalu menjilatnya. “Pedas banget.”

“Namanya juga lava, pasti pedas. Dan perlu kalian tahu, rasa pedas itu sebenarnya nggak ada, yang ada hanya rasa panas.” Yunus kembali menerangkan. “Sudah! Tadi gue sudah mencicipi. Enak kok.”

“Ini boleh kami bawa pulang saja, nggak? Soalnya kan, kalau yang nyobain kami nanti jadinya nggak objektif. Biar sekalian bisa dimakan sama keluarga di rumah.” Usulan Mbak Ida seketika membuat kedua pemuda di sebelahnya tersenyum senang, berbinar-binar, setidaknya mereka tidak perlu merasakan mulas dan rebutan toilet. Mengingat rekam jejak Mas Yunus selama ini kurang begitu bagus saat membuat inovasi menu dan lebih sering membahayakan.

Begitulah kemudian sebungkus ayam goreng Lava Semeru ada di meja makan Leon. Ditemani nasi hangat dan sayur bening buatan Raina, kekasihnya.

“Aku pikir setelah adegan mencret masal dulu itu Mas Yoga bakal berhenti, ternyata masih saja lanjut berinovasi,” ucap Raina di depan kompor, menggoreng telur mata sapi kesukaan Leon.

Dari dalam kamar mandi si kekasih menyahut, “Begitulah, Sayang. Aku juga nggak habis pikir. Padahal nggak pernah laku lho, orang-orang juga tetap beli menu biasa.”

“Itu sih karena kamu sama anak-anak selalu melarang orang beli.”

“Ketimbang bikin pelanggan sakit perut?” Leon membuka pintu kamar mandi yang berwarna biru, lalu mencuci tangannya di tempat cucian piring yang kini sedang kosong itu. “Kamu sendiri gimana? Wawancaranya lancar?”

Raina mengangkat telur setengah matang dan memindahkannya ke dalam piring. Begitu mematikan kompor, dia menoleh pada Leon. Di tatapnya wajah pria berkulit putih di hadapannya dengan penuh binar bahagia. “Aku sudah bisa mulai kerja lusa pagi.”

“Beneran?”

Anggukan Raina seketika membuat Leon mengusap wajahnya lega, bersyukur pada nikmat kecil Tuhan hari itu. Terlebih setelah berbulan-bulan lamanya, sejak di toko pernak-pernik tempat Randa kerja tutup, hampir setiap wawancara gadis itu mendapatkan penolakan. Apalagi kali itu Raina diterima bekerja di rumah sakit, sebagai petugas kebersihan. Gajinya tentu sangat lumayan.

Usia keduanya bisa dikatakan sangat belia. Leon baru berusia dua puluh dua tahun ini, sementara Raina sendiri dua tahun lebih muda darinya. Akan tetapi, kehidupan yang ditanggung keduanya cukup sulit.

Lihat selengkapnya